LOTUS4D (TOGEL TOP)

POker ACE99

DOMINO (Bisa Jadi Bandar Came)

MAXPOKER88

Sexy gal plays with dildo

Hinata Tachibanas hairy pussy fucked hard

Brunette teen masturbate in the bathroom

Twice Married Mother

Schoolgirl gets access to a biggest older cock

School Girl

Sweet pussy pleasuring

Anal sex after blowjob

Ass fingered pussy fucked

Threesome lesson with old teacher

Women are having pleasure during their sex games

Anal Sex Teenie Gets Jizz On Her Face

Veronica Radke and India Summer in 3some

Slutty teen enjoys xxl dp

Chick undresses her boyfriend

indonesian couple

Indonesia- tempeh mulia bergetar jilbab hijab

Doggy style di mobil sama gadis desa

Streaming Video 3GP Bokep Indonesia New Skandal Polwan Surabaya

dian sendy ML 23 juli 2014

Cewek SMU jual perawan

Arisan Ibu Ibu

risan Ibu Ibu – Arisan ibu-ibu selalu saja memiliki gosip yang berbagai ragam. Mulai dari gosip berlian, gosip hutan piutang, bahkan gosip sex. Kali ini aku terkejut sekali, ketika seorang teman membisikkan padaku, kalo Ibu Wira itu, suka rumput muda. Justru yang dia sukai adalah laki- laki berusia belasan tahun. Rasanya aku kurang percaya. Ap ia? Bu Wira yang sudah berusia lebih 50 tahun masih doyan laki-laki belasan tahun?

cerita-sex-arisan-ibu-ibu
“Woalaaah…Bu Tuty masya enggak percaya sih?” kata Bu Lina lagi. Aku sudah janda hampir 10 tahun, sejak perkawinan suamiku dengann istri mudanya. Aku tak nuntut apa-apa, kecuali Julius putra tunggalku harus bersamaku dan rumah yang kami bangun bersama, menjadi milikku. Aku sakit hati sekali sebenarnya. Justru perkawinan suamiku, karena katanya aku tidak bisa melahirkan lagi, sejak peranakanku diangkat, ketika aku dinyatakan terkena tumor rahim. Suamiku mengakui, kalau permainan seksku masih sangat Ok. Dalam usia 37 tahun, aku masih keliahatan cantik dan seksi.
“Lihat tuh, Bu Tuty. Matanya asyik melirik anak bu Tuty terus tuh,” kata Bu Salmah tetanggaku itu. Kini aku jadi agak percaya, ketika aku melihat dengan jelas, Bu Wira mengedipkan matanya ke putra tunggalku Julius. Rasanya aku mau marah, kenapa Bu Wira mau mengincar putraku yang masih berusia hampir 15 tahun berkisar 12 hari lagi.
Sepulang dari arisan, aku sengaja mendatangi tetangga yang lain dan secara lembut menceritakan apa yang diceritakan Bu Salmah kepadaku. Tetanggaku itu tertawa cekikikan. Dari ceritanya, suami bu Wira sudah tak sanggup lagi, bahkan suaminya sudah tahu kelakuannya itu. Bu Wira memang suka burung muda, kata mereka. Bahkan putra tetanggaku titu pernah digarap oleh Bu Wira. Karean malu ribut- ribut, lagi pula anaknya yang sudah berusia 18 tahun dibiarkan saja.
“Laki-laki kan enggak apa-apa bu. Kalau anak perempuan, mungkin perawannya bisa hilang. Kalau anak laki-laki, siapa tau perjakanya hilang,” kata tetanggaku pula. Bulu kudukku berdiri, mendengarkan celoteh tetanggaku itu. Aku kurang puas denga dua informasi itu. Aku bertandang lagi ke tetanggaku yang lain masih di kompleks perumahan …..(Dirahasiakan) Indah. Tetangku itu juga mengatakan, kalau itu soal biasa sekarang ini. Malamnya aku ngobrol-ngobrol dengan putraku Julius. Julius mengatakan, kalau Tante Wira sudah mengodanya. Bahkan sekali pernah menyalaminya dan mempermainkan jari telunjuknya di telapak tangan putraku. Pernah sekali juga, kata putraku, Tante Wira mengelus burung putraku dari balik celananya, waktu putraku bermain ke rumah Tante Wira.
Aku sangat terkejut sekali mendengar pengakuan putraku Julius menceritakan tingkah laku Bu Wira. Tapi tetanggaku mengatakan, itu sudah rahasia umum, dan kini masalah itu sudah biasa. Bahkan tetanggaku mengajakku untuk berburu burung muda bersama-sama.
Malamnya aku tak bisa tidur. AKu sangat takut, kalau putraku akan menjadi korban dari ibu-ibu di kompleks itu. Sudah sampai begitu? Semua sudah menjadi rahasia umum dan tak perlu dipermasalahkan? Lamat-lamat aku memperhatikan putraku. Trnyata dia memang ganteng seperti ayahnya. Persis fotocopy ayahnya. Walau masih 15 tahun, tubuhnya tinggi dan atletis, sebagai seorang pemain basket. Gila juga pikirku.
Rasa takutku marah-marah kepada Bu Wira, karean aku juga mungkin pernah dia lihat berselingkuh dengan teman sekantorku. Mungkin itu akan jadi senjatanya untuk menyerangku kembali, pikirku. Hingga aku harus menjaga anak laki-lakiku yang tunggal, Julius.
Ketika Julius pergi naik sepeda mootr untuk membeli sesuatu keperluan sekolahnya, aku memasuki kamarnya. Aku melihat majalah- majalah porno luar negeri terletak di atas mejanya. Ketika aku menghidupkan VCD, aku terkejut pula, melihat film porno yang terputar. Dalam hatiku, aku haru semnyelamatkan putraku yang tunggal ini.
Sepulangnya dari toko, aku mengajaknya ngobrol dari hati ke hati.
“Kamu kan sudah dewasa, nak. Mami tidak marah lho, tapi kamu harus jawab sejujurnya. Dari mana kamu dapat majalah-majalah porno dan CD porno itu,” kataku. Julius tertunduk. Lalu menjawab dengan tenang dan malu-malu kalau itu dia peroleh dari teman-temannya di sekolah.
“Mama marah?” dia bertanya. AKu menggelengkan kepalaku, karena sejak awal aku mengatakan, aku tidak akan marah, asal dijawab dengan jujur. AKu harus menjadikan putra tunggalku ini menjadi teman, agar semuanya terbuka.
“Kamu sudah pernah gituan sama perempuan?” tanyaku. “Maksud mami?” “Apa kamu sudah pernah bersetubuh dengan perempuan?” tanyaku lagi. Menurutnya secara jujur dia kepingin melakukan itu, tapi dia belum berani. Yang mengejutkan aku, katanya, minggu depan dia diajak kawan- kawannya ke lokalisasi PSK, untuk cari pengalaman kedewasaan. Aku langsung melarangnya secara lembut sebagai dua orang sahabat. Aku menceritakan bagaimana bahaya penyakit kelamin bahkan ***-AIDS. Jika sudah terkena itu, maka kiamatlah sudah hidup dan kehidupannya.
“Teman-teman Julius, kok enggak kena ***, MI? Padahal menurut mereka, merekaitu sudah berkali-kali melakukannya?’ kata putraku pula. Ya ampun….begitu mudahnya sekarang untuk melakukan hal sedemikian, batinku. “Pokoknya kami tidak boleh pergi. Kalau kamu pergi, Mami akan mati gantung diri,” ancamku. “Tapi Mi?” “Tapi apa?” “Julius akan kepingin juga. Katanya nikmat sekali Mi. Lalu bagaimana dong? Julius kepingin Mi. Katanya kalau belum pernah gituan, berarti belum laki-laki dewasa, Mi?” putraku merengek dan sangat terbuka. Aku merangkul putraku itu. Kuciumi keningnya dan pipinya denga penuh kasih sayang. Aku tak ingin anakku hancur karean PSK dan dipermainkan oleh ibu-ibu atau tante girang yang sering kudengar, bahkan oleh Bu Wira yang tua bangka itu.
Tanpa terasa airmataku menetes, saat aku menciumi pipi putraku. Aku memeluknya erat-erat. Aku akan gagal mendidiknya, jika anakku semata wayang ini terbawa arus teman-temannya ke PSK sana.
“Kamu benar-benar merasakannya, sayang?” bisikku. “Iya Mi,” katanya lemah. Aku merasakan desahan nafasnya di telingaku. Yah…malam ini kita akan melakukannya sayang. Asal kamu janji, tidak mengikuti teman-temanmu mencari PSK, kataku tegas. “Berarti aku sama dengan Tony dong, Mi?” “Tony? Siapa Tony?” tanyaku ingin tahu, kenapa dia menyamakan dirinya dengan Tony. Menurut cerita Julius putraku, Tony juga dilarang mamanya mengikuti teman-temannya pergi mencari PSK, walau Tony sudah sempat juga pergi tiga kali bersama teman-teman sekelasnya. Untuk itu, secara diam-diam Tony dan mamanya melakukan persetubuhan. Katanya, Tony memakai kondom, agar mamanya tidak hamil. Aku terkejut juga mendengarnya.
“Kamu tidak perlu memakai kondom, sayang. Mami yakin, kalau mami tidak akan hamil,” kataku meyakinkannya. Seusai makan malam, Julius tak sabaran meminta agar kami melakukannya. AKu melihat keinginan putra begitu mengebu-gebu. Mungkin dia sudah pengalaman melihat CD Porno dan majalah porno pikirku. AKu secepatnya ke kamar mandi mencuci paginaku dan membuka BH dan CD ku. AKu memakai daster miniku yang tipis. Di kamar mandi aku menyisiri rambutku serapi mungkin dan menyemprotkan parfum ke bagian-bagian tubuhku. Aku ingin, putraku mendapatkan yang terbaik dariku, agar dia tidak lari ke PSK atau tante girang. Putraku harus selamat. Ini satu-satunya cara, karea nampaknya dia sudah sulit dicegah, pengaruh teman-temannya yang kuat. Jiwanya sedang labil-labilnya, sebagai seorang yang mengalami puberitas. Begitu aku keluar dari kamar mandi, putraku sudah menanti di kamar. Dia kelihatan bingung melihat penampilanku malam ini. Tidak seperti biasanya.
“Kamu sudah siap sayang,” kataku. Putraku mengangguk. Kudekati dia. Kubuka satu persatu pakaiannya. Kini dai telanjang bulat. AKua melapaskan dasterku. Aku juga sudah telanjang bulat. Aku melihat putraku melotot mengamati tubuhku yang telanjang. Mungkin dia belum pernah melihat perempuan telanjang sepertiku di hadapannya. Aku duduk di tempat tidur. Kutarik tangannya agar berdiri di sela-sela kedua kakiku. Aku peluk dia. Aku kecip bibirnya dengan mesara. Pantatnya kusapu-sapu dengan lembut, juga punggungnya. Dengan cepat terasa burungnya bergerak-gerak di perutku. Kujilati lehernya. dia mendesah kenikmatan. Liodahku terus bermain di pentil teteknya. Lalu menjalar ke ketiaknya dan sisi perutnya. Aku merasakan tangan anakku mulai memagang kepalaku. Kuperintahkan dia untuk duduk di pangkal pahaku. Kini dia duduk di pangkal pahaku, dengan kedua kakinya bertumpu ke pinggir tempat tidur. Tiba-tiba aku merebahkan diriku ke tempat tidur. dia sudah berada di atasku. Kuminta agar dia mengisap puting susuku. Mulutnya mulai beraksi. Sementara burungnya terasa semakin keras pada rambut paginaku. Dengan cepat pula, kurebahkan dirinya. Kini aku yang balik menyerangnya. Kujilati sekujur tubuhnya. Batang burungnya, telur yang menggantung di pangkal burungnya. Ku kulum burungnya dan kupermainkan lidahku pada burung itu.
“Mami…geli,” putraku mendesah. “Tapi enakkan, wayang,” tanyaku. “Enak sekali Mi,” katanya. Aku meneruskan kocokanku pada burungnya. Dia menggelinjang-gelinjang. Kuteruskan kucokanku. Kedua kakinya menjepit kepalaku dan…croot.croot.crooooooot! Spermanya keluar. Kutelan sepermanya dan kujilati batangnya agar spermanya tak tersisa. Aku senagaja memperlihatkannya kepadanya.
Kini dia menjadi lemas. Terlalu cepat dia keluar. Mungkin sebagai pemula, dia tak mampu mengontrol diri. Kuselimuti dirinya. 20 menit kemudian, setelah nafasnya normal, aku memberinya air minum segelas. Lalu aku membimbingnya ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Kusabuni burungnya dan kulap pakai handuk. Kini kami sudah terbaring berdua di tempat tidur.
“Enak sayang?” tanyaku. Dia menagngguk. “Tapi Mi, kita kan belum begituan. Katanya kalau begituan, burung Julius masuk ke lubang mem*k Mami,” katanya polos. Aku menganguk. Kamu harus segar dulu. Nanti kita ulangi lagi. Nanti kamu boleh memasukkannya ke lubang Mami, kataku. “Kenapa nanti Mi? Kenapa tidak sekarang?” dia mendesak. Dia sudah begitu menginginkannya pikirku. Langsung kulumat bibirnya. Kujulurkan lidahku ke dala mulutnya. Dia langsung meresponsnya. Kini dia berganti memberikan lidahnya padaku. Aku mengemutnya dengan lembut. Tanganku terus membelai-belai tubuhnya dan burungnya kuelus- elus. Sebentar saja burung itu bangkit.
“Naiki Mami, sayang,” kataku. Dia naik ke tubuhku. “Masukkan,” pintaku. Dia mencari-cari lubangku. Kuarahkan burungnya dengan tanganku. Setelah burung itu terasa di tengah bibir paginaku, kuminta dia menekannya. Dia menakan burungnya dan langsung masuk, karean paginaku sudah basah. Aku memang sudah sangat lama merindukan ada burung memasuki paginaku. Setelah terhenti 5 tahun perselingkuhanku dengan seorang duda teman sekantorku (sejak dia pindah) aku tak pernah lagi selingkuh. Burung yang besarnya cukup itu, terasa sudah mengganjal di liang paginaku. KUkangkangkan kedua kakiku.
Aku membiarkan burung itu tenggelam di dalamnya. Tak lama kemudian, aku merasakan putraku sudah mulai menarik-cucuk burungnya. Aku biarkan saja, walaupun sebenarnya aku sudah agak gatal ingin meresponsnya. Lama kelamaan, aku tak tahan juga. Aku pun meresponnya dengan hati-hati, seakan aku hanya melayaninya saja, bukan karean kebutuhanku. Sambil memompa burungnya, kuarahkan mulutnya untuk mengisap-isap pentil payudaraku. Dia melakukannya. AKu sudah melayang di buatnya. Sudah lama sekali aku tidak merasakan kenikmatan itu, sementara usia yang 37 tahun, masih membutuhkannya. Kujepit kedua kakiku ke tubuh putraku. Aku orgasme dengan cepat. Aku tidak memperlihatkan, kalau aku sudah orgasme. Perlahan-lahan aku tetap meresponsnya, sampai aku normal kembali.
“Jangan digenjot dulu, sayang. Mami Capek. Isap saja tetek mami, sayang,” pitaku. Aku tak ingin dia sudah orgasme, sementara aku masih jauh. Dia menjilati tetekku dan mengisap-isapnya. Atas permintaanku, sekali-sekali dia juga menggigit putingku. Libidoku bangkit. Aku mulai melayang. Aku mulai menggoyang tubuhnya dari bawah. Dia merespons dengan kemabli menggejotku, menarik dan mencucuk burungnya ke dalam liang paginaku. Aku mendengar, suara begitu becek pada paginaku. Aku sedikit malu, karena selama ini, aku sudah tidak merawat lagi paginaku. Tapi dia semakin semangat mengocokkan burungnya.
“Mami…aku sudah mau keluar nih…” katanya. Saat itu aku juga sudah mau muncrat. Aku percepat goyanganku, agar aku lebih dulu sampai pada puncak kenikmatan itu. Dan…dia memelukku erat sekali. Bahuku digigitnya dan sebelah tangannya mencengkeram rambutku. Ternyata kami bisa sama-sama sampai. Aku masih mampu mengatur irama permainan ini, pikirku.
Aku keringat dan putraku juga berkeringat. Perlahan dia ku baringkan ke sisiku dan aku menyelimuti tubuh kami dengan selimut tipis, sekaligus melap tubuh kami dari keringat. Setelah 15 menit aku bangkit dan meneguk segelas air putih. Segelas kuberikan kepdanya. Julius berjanji untuk merahasiakan ini kepada siapa saja, termasuk kepada teman dekatnya. Walau menurut Julius, temannya sudah berhubungan dengan beberapa wanita di lokalisasi PSK, namun behubungan dengan ibunya jauh lebih nikmat. Aku juga memberi yang terbaik buat putraku, demi keselamatan hidupnya, terhidar dari PSK dan tante giang.
Aku menyangupi, memberinya cara lain bermain seks, seperti yang dia lihat di CD porno dan majalah-majalah, seperti doggystyle dan sebagainya. Malam itu, Julius juga bersumpah, tidak akan pergi mencari PSK, walau pun teman-temannya menuduhnya laki-laki Kuper dan ketinggalan zaman, karea dia sudah mendapatkannya dariku dengan baik. Sejak saat itu, kami selalu melakukannya secara teratur, tidak serampangan. Tenatu saja di tempat tidur, di dapur, di sofa dan tempat-tempat lai di rumah kami dengan suasana yang indah. Bahkan kami pernah juga melakukannya di hotel, ketika kami wisata ke bogor. Semua orang memuji kegantengan putraku yang wajahnya imut-imut dan manja itu.

Ibu Halimah Pemilik Kos

Ibu Halimah Pemilik Kos – Pagi itu aku tengah sibuk membenahi kamarku. Sebuah kamar kontrakan yang baru kutempati sejak sebulan lalu. Maklum, kamar berukuran 3×4 meter itu berdinding papan dan terletak di bagian belakang rumah bersebelahan dengan kamar mandi.
cerita-sex-ibu-halimah-pemilik-kosCerita Sex: Ibu Halimah Pemilik Kos – Ist
Apalagi papannya sudah banyak yang renggang dan berlubang hingga bila malam tiba, angin menerobos masuk dan menebarkan hawa dingin menusuk tulang. Hanya bagiku, mendapatkan kamar kost dengan kondisi seperti itu pun merupakan anugerah tersendiri. Sebelumnya aku nyaris patah semangat ketika mendapati harga sewaan kamar yang rata-rata sangat mahal dan tak terjangkau di kota tempatku kuliah di sebuah PTN.
Hingga ketika Bu Halimah pemilik warung makan sederhana menawariku untuk tinggal di tempatnya dengan harga sewa yang murah aku langsung menyetujuinya. Oh ya, Bu Halimah, ibu kostku itu adalah seorang janda berusia sekitar 45 tahun. Sejak kematian suaminya tujuh tahun lalu, ia tinggal bersama putri tunggalnya Nastiti. Ia masih sekolah, kelas dua di sebuah SMTA di kota itu.
Mereka hidup dari usaha warung makan sederhana yang dikelola Bu Halimah dibantu Yu Narsih, seorang wanita tetangganya. Yu Narsih hanya membantu di rumah itu sejak pagi hingga petang setelah warung makan ditutup. Pembawaan keseharian Bu Halimah tampak sangat santun. Ia selalu mengenakan busana terusan panjang terutama bila tampil di luar rumah atau sedang melayani pembeli di warungnya.
Hingga kendati berstatus janda dengan wajah lumayan cantik, tak ada laki-laki yang berani iseng atau menggoda. “Ada memang laki-laki yang meminta ibu untuk menjadi istrinya. Tetapi ibu hanya ingin membesarkan Nastiti sampai ia berumah tangga. Apalagi sangat sulit mencari pengganti laki-laki seperti ayah Nastiti almarhum,” katanya suatu ketika aku berkesempatan berbincang dengannya di suatu kesempatan.
Di tengah kesibukanku memperbaiki dinding kamar, tiba-tiba kudengar suara pintu kamar mandi dibuka. Lalu tak lama berselang kudengar suara pancaran air yang menyemprot kencang dari kamar mandi. Padahal di sana tidak ada kran air yang memungkinkan menimbulkan bunyi serupa. Maka seiring dengan rasa ingin tahu yang muncul tiba-tiba, aku segera mencari celah lubang di dinding yang bersebelahan dengan kamar mandi untuk bisa mengintipnya.
Ah, ternyata yang ada di kamar mandi adalah Bu Halimah. Wanita itu tengah kencing sambil berjongkok. Mungkin ia sangat kebelet kencing hingga begitu berjongkok semprotan air yang keluar dari kemaluannya menimbulkan suara berdesir yang cukup kencang sampai ke telingaku. Aku jadi tersenyum simpul melihat kenyataan itu. Tadinya aku tidak berniat melanjutkan untuk mengintip. Namun ketika sempat kulihat pantat besar Bu Halimah yang membulat, naluriku sebagai laki-laki dewasa jadi terpikat.
Posisi jongkok Bu Halimah memang membelakangiku. Namun karena ia menarik tinggi-tinggi daster yang dikenakannya, aku dapat melihat pantat dan pinggulnya. Ah, wanita berkulit kuning itu ternyata belum banyak kehilangan daya pikatnya sebagai wanita. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk terus mengintip, melihat adegan lanjutan yang dilakukan ibu kostku di kamar mandi yang ternyata membuat tubuhku panas dingin dibuatnya.
Betapa tidak, setelah selesai kencing, Bu Halimah langsung mencopot dasternya untuk digantungkannya pada sebuah tempat gantungan yang tersedia. Tampak ia telanjang bulat karena dibalik dasternya ia tidak mengenakan celana dalam maupun kutangnya. Jadilah aku bisa menikmati seluruh keindahan lekuk-liku tubuhnya. Bongkahan pantatnya tampak sangat besar kendati bentuknya telah agak menggantung.
Sepasang buah dadanya yang juga sudah agak menggantung, ukurannya juga tergolong besar dengan dihiasi sepasang pentilnya yang mencuat dan berwarna kecoklatan. Namun yang membuatku kian panas dingin adalah adegan lanjutan yang dilakukannya setelah ia mulai mengguyur air dan menyabuni tubuhnya. Sebab setelah hampir sekujur tubuhnya dibaluri busa sabun mandi, ia cukup lama memainkan kedua tangannya di kedua susu-susunya. Meremas-remas dan sesekali memilin puting-putingnya.
Sepertinya ia tengah berusaha membangkitkan dan memuasi birahinya oleh dirinya sendiri. Lalu, dengan satu tangan yang masih menggerayang dan meremas di buah dadanya, satu tangannya yang lain menelusur ke selangkangannya dan berhenti di kemaluannya yang membukit. Kemaluan yang hanya sedikit ditumbuhi bulu rambut itu, berkali-kali diusap-usapnya dan akhirnya salah satu jarinya menerobos ke celahnya. Ah, ia juga mengeluar-masukkan jarinya ke liang kenikmatannya.
Bahkan seperti tidak puas dengan satu jari tengah tangannya, jari telunjuknya pun ikut dimasukannya. Hingga akhirnya kedua jarinya yang digunakan untuk mencolok-colok vaginanya. Aku yakin Bu Halimah melakukan semua itu sambil membayangkan bahwa yang mencolok-colok liang kenikmatannya adalah penis seorang laki-laki. Terbukti ia melakukan sambil merem-melek dan mendesah. Membuktikan bahwa ia mendapatkan kenikmatan atas yang tengah dilakukannya.
Disodori pertunjukkan panas yang diperagakan ibu kostku, aku kian tak tahan. Kukeluarkan kemaluanku yang telah ikut mengeras dari celana setelah membuka risleting. Kuremas-remas sendiri penisku sambil membayangkan menyetubuhinya yang tengah bermasturbrasi. Akhirnya, ketika tubuhnya terlihat mengejang, karena menahan birahi yang tak terbendung dan seiring dengan datangnya puncak kenikmatan yang didambakan, aku pun kian kencang meremas dan mengocok kemaluanku sambil terus memelototi tingkah polahnya.
Dan tubuhku ikut mengejang dan melemas ketika dari ujung penisku memuntahkan mani yang menyembur cukup banyak. Dia tampak kaget dan mencoba mencari sesuatu di dinding kamar mandi yang berbatasan dengan kamarku. Mungkin ia sempat mendengar erangan lirih suaraku yang tak sadar sempat kukeluarkan saat mendapatkan orgasme. Namun karena aku segera menjauh dari dinding, ia tak sempat memergokiku. Tetapi,… ah.. entahlah. Hanya sejak saat itu aku sering mencari kesempatan untuk mengintipnya saat ia mandi.
Bahkan juga mengintip ke kamarnya saat ia tidur. Kamar Dia memang bersebelahan dengan kamarku. Rupanya, untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, selama ini wanita itu mendapatkannya dari bermasturbrasi. Hingga aku sering memergoki ia melakukannya di kamarnya. Dan seperti Dia, setiap aku mendapatkan kesempatan untuk melihat ketelanjangannya, selalu aku melanjutkan dengan mengocok sendiri kemaluanku. Tentu saja sambil membayangkan menyetubuhi ibu kostku itu.
Sampai akhirnya, mengintip ibu kostku merupakan acara rutin di setiap kesempatan seiring dengan gairah birahiku yang kian menggelegak. Sampai suatu malam, setelah sekitar enam bulan tinggal di rumahnya, aku bermaksud keluar kamar untuk menonton televisi di ruang tamu. Maklum sejak sore aku terus berkutat dengan diktat dan buku-buku untuk tugas pembuatan paper salah satu mata kuliah. Namun yang kutemukan di ruang tamu membuatku sangat terpana.
Televisi 17 inchi yang ada memang masih menyala dan tengah menyiarkan satu acara infotainment dan disetel dengan volume cukup keras. Namun satu-satunya penonton yang ada, yakni Dia, tampak tertidur pulas. Ia tidur dengan menyelonjorkan kaki di sofa, sementara daster yang dikenakannya tersingkap cukup lebar hingga kedua kaki sampai ke pahanya nampak menyembul terbuka. Biasanya aku akan membangunkan dan megingatkannya untuk tidur di kamarnya bila memergoki ibu kostku tertidur di ruang tamu.
Tetapi itu tidak kulakukan, sayang kalau pemandangan yang menggairahkan sampai terlewatkan. Ketika aku mendekat, tubuh wanita itu menggeliat dan posisi kakinya kian terbuka hingga mengundangku untuk melihatnya lebih mendekat. Berjongkok di antara kedua kakinya. Kini bukan hanya paha mulusnya yang dapat kunikmati. Aku juga dapat melihat organ miliknya yang paling rahasia karena ia tidak mengenakan celana dalam. Bibir luar kemaluannya terlihat coklat kehitaman dan nampak berkerut.
Pertanda kemaluannya sering diterobos alat kejantanan pria. Sementara di celahnya, di bagian atas, tampak kelentitnya yang sebesar biji jagung terlihat mencuat. Melihat ketelanjangan tubuh ibu kostku sebenarnya telah cukup sering kulakukan saat mengintip. Namun melihatnya dari jarak yang cukup dekat baru kali itu kulakukan. Degup jantungku jadi terpacu, sementara penisku langsung menegang. Aku nyaris mengulurkan tanganku untuk mengusap vaginanya untuk merasakan lembutnya bulu-bulu halus yang tumbuh di sana atau merasakan hangatnya celah lubang kenikmatan itu.
Tetapi takut resiko yang harus kutanggung bila ia terbangun dan tidak menyukai ulahku, aku urungkan niatku tersebut. Dan tak tahan terpanggang oleh gairah yang memuncak, kuputuskan untuk kembali ke kamar. Untuk beronani, meredakan ketegangan yang meninggi. Di dalam kamar, kulepaskan seluruh pakaian yang kukenakan. Lalu tiduran telanjang diatas ranjang setelah sebelumnya menarik kain selimut untuk menutupi tubuh. Seperti itulah biasanya aku beronani sambil membayangkan keindahan tubuh dan menyetubuhi ibu kostku.
Hanya, baru saja aku mulai mengelus burungku yang tegak berdiri tiba-tiba kudengar pintu kamarku yang tak sempat terkunci dibuka dan seseorang terlihat menerobos masuk ke dalam. “Hayo, lagi ngocok yah,” suara Dia mengagetkanku. Ternyata yang membuka pintu dan masuk kekamarku adalah ibu kostku. “Ti,… tidak,” jawabku dan secara reflek segera kutarik selimut untuk menutupi tubuhku. “Jangan bohong Tris. Ibu tahu kok kamu sering mengintip ibu saat mandi atau dikamar.
Juga tadi kamu melihati milik ibu saat tidur di sofa kan?” katanya lirih seperti berbisik. Ditelanjangi sedemikian rupa aku jadi malu dan menjadi tegang. Takut kepada kemarahan Dia atas semua ulah yang tidak pantas kulakukan. Penisku yang tadi tegak menantang kini mengkerut, seiring dengan kehadiran wanita itu di kamarku dan oleh pernyataanya yang telah menelanjangiku. Aku membungkam tak dapat bisa bicara. “Sebenarnya ibu nggak apa-apa kok, Tris.
Malah, eee.. ibu bangga ada anak muda yang mengagumi bentuk tubuh ibu yang sudah tua begini. Kalau mau, sekarang kamu boleh melihat semuanya milik ibu dari dekat dan kamu boleh melakukan apa saja. Asal kamu bisa menjaga rahasia serapat-rapatnya,” ujarnya. Aku masih belum tahu arah pembicaraan ibu kostku hingga hanya diam membisu. Tetapi, Dia telah melepas daster yang dikenakannya.
Dan dengan telanjang bulat, setelah sebelumnya mengunci pintu kamar, ia menghampiriku yang masih terbaring di ranjang. Duduk di tepi ranjang di sebelahku. Tak urung gairahku kembali terpacu kendati hanya menatapi ketelanjangan tubuh wanita yang lebih pantas menjadi ibuku itu. “Ayo Tris, jangan cuma melihati begitu. Tadi kamu sebenarnya ingin memegang punya aku kan? Ayo lakukan semua yang ingin dilakukan padaku,” suaranya terdengar berat ketika mengucapkan itu. Mungkin ia telah bernafsu dan ingin disentuh.
Melihat aku tidak bereaksi, aku kostku akhirnya mengambil insiatif. Tangannya menjulur, menarik selimut yang menutupi tubuh telanjangku. Batang penisku yang tegak mengacung diraihnya dan diremasnya dengan gemas. Selanjutnya mengelus-elusnya perlahan hingga aku menjadi kelabakan oleh sentuhan-sentuhan lembut tangannya di selangkanganku. Dan sambil melakukan itu Dia mulai membaringkan tubuhnya di sisiku dalam posisi berhadapan denganku.
Maka buah dadanya yang berukuran besar dan seperti buah pepaya menggantung berada tepat di dekat wajahku. Aku tetap tidak bereaksi kendati payudaranya seperti sengaja disorongkan ke wajahku. Namun ketika ia mulai mengocok penisku dan menimbulkan kenikmatan tak terkira, keberanianku mulai terbangkitkan. Payudaranya mulai kujadikan sasaran sentuhan dan remasan tanganku. Buah dadanya sudah tidak kencang memang, tetapi karena ukurannya yang tergolong besar masih membuatku bernafsu untuk meremas-remasnya.
Puas meremas-remas, aku mulai menjilati pentilnya secara bergantian dan dilanjutkan dengan mengulumnya dengan mulutku. Rupanya tindakanku itu membuat gairah Dia menjadi naik. Ia mulai mengerang dan kian mengaktifkan sentuhan-sentuhannya di di alat kelaminku. “Ya Tris, begitu. Ah,.. ah enak. Uh,.. uh..terus terus sedot saja. Ya,.. ya. sshh…ssh.. akhhh”. Dengan mulut masih mengenyoti susu Dia secara bergantian kiri dan kanan, tanganku mulai menyelusur ke bawah.
Ke perutnya, lalu turun ke pusarnya dan akhirnya kutemukan busungan membukit di selangkangannya. Kemaluan yang hanya sedikit di tumbuhi rambut itu terasa hangat ketika aku mulai mengusapnya. Rupanya itu merupakan wilayah yang sangat peka bagi seorang wanita. Maka ketika aku mulai mengusap dan meremas-remas gemas, Dia mulai menggelinjang. Kakinya dibukanya lebar-lebar memberi keleluasaan padaku untuk melakukan segala yang yang kuiinginkan.
Terlebih ketika jari telunjukku mulai menerobos ke celahnya. Lubang vaginanya ternyata tak cuma hangat. Tetapi telah basah oleh cairan yang aku yakin bukan oleh air kencingnya. Aku jadi makin bernafsu untuk mencolok-coloknya. Tidak hanya satu jari yang masuk tetapi jari tengahkupun ikut bicara. Ikut menerobos masuk ke lubang kenikmatan aku kostku. Mengocok dan terus mengocoknya hingga lubang vaginanya kian becek akibat banyaknya cairan yang keluar.
Ia juga menggelinjang-gelinjang sambil terus mendesah. “Ah,.. ah.. ah aku tidak kuat lagi Tris. Ayo sekarang kamu naik ke tubuh aku,” bisiknya akhirnya. Rupanya ia sudah tidak tahan akibat kemaluannya terus diterobos oleh dua jariku. Maka tubuhku ditarik dan menindihnya. Dasar belum punya pengalaman sedikitpun dengan wanita. Kendati telah menindihnya, penisku tak kunjung dapat menerobos lubang kenikmatan aku kostku. Untung Dia cukup telaten.
Dibimbingnya penisku dan diarahkannya tepat di lubang vaginanya. “Sudah, dorong masuk tetapi pelan-pelan. Soalnya aku sudah lama melakukan seperti ini,” bisiknya di telingaku. Bleessss! Sekali sentak amblas penisku masuk ke lubang kenikmatan aku kostku. Aku memang tidak mengindahkan permintaannya yang memintaku untuk memasukannya perlahan. Mungkin karena tidak berpengalaman dan sudah terlanjur naik ke ubun-ubun gairah yang kurasakan.
Hingga ia sempat vaginaik saat penisku menancap di lubang vaginanya. “Auuu, ..ah.ah.. pe..pelan-pelan Tris, shhh….ssh ..ah..ah,” “Ma,… ma.. maaf bu,” “Iya,.iya. Be,.. besar sekali punya kamu ya Tris,” “Punyamu juga besar dan enak,” kataku sambil terus meremasi kedua payudaranya. Namun baru beberapa saat aku mulai memaju mundurkan penisku ke lubang vaginanya, desah nafasnya kian keras kudengar. Tubuhnya terus menggelinjang dan mulai menggoyang-goyangkan pantatnya.
Akibatnya baru beberapa menit permainan berlangsung aku sudah tak tahan. Betapa tidak, penisku yang berada di liang vaginanya terasa dijepit oleh dinding-dinding kemaluannya. Bahkan terasa seperti disedot dan diremas-remas. “Aduh,.. ah.. aku tidak tahan. Ah,..ah…ah..aaaaaahhh,” Aku terkapar di atas tubuhnya setelah menyemprotkan cukup banyak air mani di liang sanggamanya. Indah dan melayang tinggi perasaanku saat segalanya terjadi.
Dan cukup lama aku menindihnya yang memelukku erat setelah pengalaman persetubuhan pertamaku itu. “Maaf bu cepat sekali punya saya keluar. Jadinya cuma ngotorin” “Tidak apa-apa Tris. Kamu baru kali ini ya melakukannya? Nanti juga bisa tahan lebih lama” katanya setelah aku terbaring di sisinya sambil menenangkan gemuruh di dadaku yang mulai mereda. Dan dengan lembut dia membersihkan air mani yang berleleran di penisku dan vaginanya dengan daster yang tadi dikenakannya. “Sebentar aku bikin kopi dulu ya, biar kamu semangat lagi,” Dia keluar dari kamarku sambil membawa dasternya yang telah kotor.
Rupanya ia menyempatkan ke kamar mandi, karena kudengar ia menyiram dan membasuh tubuhnya. Cukup lama ia melakukan itu di kamar mandi. Baru ia kembali ke kamarku dengan membawa segelas besar kopi panas kesukaanku yang dibuatnya. Ia mengenakan kain panjang yang dililitkan sebatas dadanya. Namun satu-satunya pembungkus tubuhnya itu langsung dilepaskannya setelah menaruh gelas kopi dan mengunci kembali pintu kamarku. “Kopinya saya minum dulu ya bu,” “Oh ya, ya. Silahkan diminum nanti keburu dingin,” Menyeruput beberapa tegukan kopi panas buatannya membuatku kembali bergairah.
Aku menyempatkan diri mencuci rudalku di kamar mandi. Kendati tadi sudah dibersihkan olehnya, tetapi rasanya kurang bersih dan agak kaku. Mungkin karena sperma yang mengering. Ketika aku kembali ke kamar, Dia langsung menggenggam penisku yang masih layu. Mungkin ia sudah ingin gairahnya tertuntaskan dan bermaksud membangkitkan kejantananku dengan mengelus dan meremas-remasnya. Tetapi dengan halus kutepis tangannya.
“Aku telentang saja,..,” kataku. Dia naik atas ranjang dan aku segera menyusulnya. Ia yang telah tiduran dengan posisi mengangkang, kudekati bagian bawah tubuhnya tepat di antara kedua pahanya. Ah, liang sanggamanya sudah banyak kerutan terutama di bagian bibir kemaluannya. Warnanya coklat kehitaman. Bahkan ada bagian dagingnya yang menggelambir keluar. Ia mencoba menutupi kemaluannya dengan tangannya. Mungkin ia malu bagian paling rahasia miliknya dipelototi begitu.
Tetapi segera kusingkirkan tangannya. Dan ketika tanganku mulai melakukan sentuhan di sana, ia mandah saja. Bahkan saat telunjuk jari tanganku mulai mencoloknya, ia mendesah. Tak puas hanya memasukkan satu jari, jari tengahku menyusul masuk mencoloknya. Dan aku mulai mengkorek-koreknya dengan mengeluar-masukkan kedua jariku itu. Akibatnya ia menggelinjang dan mendesah. Kedua jariku semakin basah oleh cairan vaginanya. Baunya sangat khas, entah mirip bau apa, sulit kucarikan padanannya.
Hanya yang pasti, bau vaginanya tidak membuatku jijik. Hidungku semakin kudekatkan untuk lebih membauinya. Tetapi ketika lidahku mulai kugunakan untuk menyapu bagian luar bibir vaginanya ia memberontak. “Hiiii, jangan Tris, ah,.. ah.. jorok ah. Kamu nggak jijik? Shhh,… akhhh… shhh,….shhhh,” Ia mencoba menolakkan kepalaku menjauhkan mulutku dari lubang nikmatnya. Aku tetap nekad, mulut dan lidahku tambah liar menggeremusi dengan gemas liang sanggamanya itu.
Hingga ia kian menggelepar dan menggelinjang. Mulutnya mendesis seperti orang kepedasan. Mulut dan lidahku yang meliar ke bagian dalam vaginanya menimbulkan sensasi tersendiri. Berkali-kali ia mengangkat pantatnya dan membuat lidah dan mulutku semakin menekan dan menekan ke kedalamannya. Ludahku yang bercampur dengan cairan vaginanya menjadikan lubang nikmatnya terasa sangat basah.
Tetapi, ketika lidahku mulai melakukan sapuan ke lubang duburnya dengan cara mengangkat sedikit pantatnya, ia kembali berontak. “Apa-apaan ini, hiii,.. jangan ah kotor. Uhhh… ahhh… shhh.. shh,” Aku sering melihat film BF, saat wanita dijilati lubang anusnya, ia tambah menggelinjang dan merintih. Berarti lubang dubur sangat peka oleh sentuhan. Dan memang terbukti, Dia tambah merintih dan mengerang. Hanya baru beberapa saat sapuan kulakukan, tubuhnya telah mengejang.
Kedua pahanya menjepit kencang kepalaku disusul dengan mengejutnya dubur dan lubang vaginanya. “Ohhh, aku sudah enak Tris. Kamu sih menjilat-jilat di situ. Kamu sudah sering ya melakukan dengan wanita,” “Tidak bu,” “Kok kamu tahu yang seperti itu,” “Saya hanya ikut-ikutan adegan film BF” Ujarku. ” Bapaknya Titi (panggilan Nastiti, anaknya) sih jangankan menjilat dubur. Menjilati vagina aku saja tidak pernah,” katanya. Kubiarkan ia sesaat meredakan nafasnya yang memburu.
Lalu aku mulai menindih tubuhnya ketika ia menyatakan siap untuk melakukan permainan berikutnya. penisku mulai naik-turun keluar-masuk dari liang sanggamanya. Bunyinya sangat khas dan membuatku tambah bergairah. Sementara tanganku tak henti-hentinya meremasi susu-susunya. Pentil susunya yang besar dan mengeras kusedot-sedot dengan mulutku. Itu membuatnya keenakan dan kembali mendesah.
Ia tak mau kalah. Pinggulnya mulai digoyang. Pantat besarnya dijadikan landasan untuk menggoyang. Jadilah benda bulat panjang milikku yang berada di dalamnya mulai merasakan nikmat oleh gesekan dinding vaginanya. Goyangan pinggul dan naik-turunnya tubuhku di bagian bawah sepertinya seirama. Terasa syuur, dan ah, nikmat. Tak lupa, sesekali bibirnya kucium. Ia membalasnya lebih hangat.
Lidahku disedotnya nikmat. Jadilah kami bak sepasang kekasih yang tengah meluahkan gairah. Saling berpacu dan saling memberi kenikmatan. Aku tak peduli lagi bahwa yang tengah kusetubuhi adalah ibu kostku. Wanita yang jauh lebih tua usianya dan selama ini kuhormati karena penampilannya yang selalu nampak santun. Tak kusangka ia menyimpan bara yang siap melelehkan. Liang nikmat Dia mulai berdenyut-denyut kembali. Mungkin ia akan kembali orgasme seperti yang juga tengah kurasakan.
Goyangan pinggulnya semakin kencang tetapi tidak teratur. Maka sodokan penisku ke lubang nikmatnya semakin garang. Menghujam dan kian menghujam seolah hendak membelah bagian bawah tubuhnya. Puncaknya, ketika Dia mulai merintih dan kian mendesah, tanganku mulai menyelinap ke pinggulnya dan menyelusup ke pantatnya. Di sana aku meremas dan mencari celah agar dapat menyentuh duburnya. Dan setelah terpegang, jari telunjukku mencolek-colek lubang anusnya.
Akibatnya matanya seperti membelalak dan hanya menampakkan warna putihnya. Dirangsang di dua lubangnya sekaligus membuatnya seperti cacing kepanasan. Maka ketika tubuhnya semakin mengejang, dan tubuhku dipeluknya erat. Jari telunjukku kupaksa masuk ke lubang duburnya. Sedang penisku kubenamkan sekuatnya di vaginanya. Jadilah pertahanan wanita itu ambrol, vaginanya kian berdenyut dan menjepit sementara erangannya semakin kencang dan bahkan vaginaik.
Sedang dari rudalku, menyembur sebanyak-sebanyaknya sperma ke lubang nikmatnya. Karena banyaknya sperma yang mengguyur, kurasakan ada yang meleleh keluar dari mulut kemaluannya yang masih terterobos oleh penisku. “Ah, aku puas sekali Tris. Baru kali ini aku merasakan yang seperti ini,” katanya. Kami masih terkapar di ranjang. Ada rasa ngilu dan tulang-tulangku seperti dilolosi.
Tetapi sangat nikmat. Ada tiga ronde permainan yang kulakukan malam itu. Dia mengaku sangat kecapaian ketika aku memintanya kembali. Menjelang subuh, ia pamit untuk kembali ke kamarnya. “Kalau kamu suka, aku siap melakukannya setiap waktu. Tetapi tolong jaga erat-erat rahasia kita ini,” ujarnya berpesan. Aku mengangguk setuju. Bahkan sebelum keluar dari kamarku ia kuhadiahi ciuman panjang. Pantat besarnya kuremas-remas gemas dan nyaris punyaku bangkit kembali. “Sudah ah, besok malam bisa kita sambung lagi.
Kamu Tris, besok harus kuliah kan,” katanya. Bergegas ia menyelinap keluar dari kamarku. Takut dengan gairahnya yang kembali terpancing. Perselingkuhanku dengannya terus berlangsung. Di setiap kesempatan, kalau tidak aku yang mengajaknya, ia yang mengambil insiatif. Bahkan di siang hari, kalau aku lagi ngebet, sengaja bolos dari kampus. Mampir ke warungnya dan memberi kode, lalu ia akan pulang menyempatkan melayaniku di kamarku atau di kamarnya. Ia memang tergolong wanita panas yang terpicu hasrat seksualnya.
Seperti siang itu, karena hanya ada satu mata kuliah, aku pulang agak siang dari kampus. Aku langsung ke warung untuk makan siang dan bermaksud memberi kode pada ibu kostku. Tetapi ia tidak di sana. ” Ibu baru saja pulang, mungkin untuk istirahat,” kata Yu Narsih, pembantunya yang ada menunggu warung melayani pembeli. Jarak antara warung dengan rumah memang dekat tak lebih dari 50 meter. Maka setelah menyantap makan siangku, aku langsung ngabur ke rumah.
Dia tidak sedang tidur seperti yang kusangka. Ia sedang melipati pakaian yang telah diambilnya dari jemuran duduk di ruang tengah. Maka dasar sudah horny, kudekati ia dan kupeluk dari belakang. “Kuliahnya bebas Tris,” katanya. “Cuma satu mata kuliah kok,” jawabku. Ia berkeringat, mungkin karena kesibukannya melayani pembeli sejak pagi. Baunya khas, bau wanita dewasa. Tetapi tidak mengurangi gairahku untuk memesrainya. Ia mulai menggelinjang ketika tanganku menyelusup ke balik dasternya dan mencari gundukan buah dadanya. Kuremas-remas susunya dan kupilin putingnya.
Aku jadi gemas karena ia tak bereaksi. Tetapi melanjutkan pekerjaanya memberesi pakaian-pakaian yang telah dicucinya. Maka sambil menciumi lehernya, tanganku terus merayap dan merayap sampai kutemukan vaginanya yang masih tertutup CD. Baru ketika hendak kutarik CD nya ia berontak. “Kamu pengin Tris?,” “Iya. Habis vaginanya enak sih,” kataku. Celana dalamnya berhasil kulepaskan tanpa membuka dasternya. Sebenarnya ia mengajakku untuk main di kamarnya.
Tetapi kutolak, aku ingin ia melayaniku di sofa. Apalagi Nastiti tengah camping di sekolahnya sejak dua hari lalu. Jadi aku tidak perlu takut ketahuan anak gadisnya itu. Dan lagi aku cuma butuh pelepasan hajat secara singkat karena harus menyelesaikan makalah yang harus jadi besok pagi. Kalau main di kamar, pasti akan memakan waktu lama karena Dia pasti tak mau cuma kusetubuhi sebentar. Jadilah setelah sebentar menjilati vaginanya dan meremasi susunya, hanya dengan menyingkap dasternya aku mulai menyetubuhinya.
Dengan posisi duduk di sofa ia kangkangkan kakinya hingga memudahkanku memasukkan penis ke liang nikmatnya. Kugenjot pelan lalu mulai cepat, karena nafsuku memang sudah naik ke ubun-ubun. Namun pada saat aku memuncratkan sperma ke lubang vaginanya, samar-samar kulihat seseorang melihati perbuatan kami. Ia adalah Yu Narsih, pembantu aku. Kulihat ia mengintip dari balik gorden di pintu dekat kamar mandi. Rupanya ia masuk dari pintu belakang rumah yang memang tidak terkunci. Aku langsung berdiri dan melangkah ke arah dapur. “Dasar anak muda, kalau lagi ada mau nggak sabaran,” katanya tersenyum melihat tingkahku.
Dibersihkannya sperma yang berleleran di sekitar kemaluannya dengan daster yang dikenakannya. Ia tidak tahu bahwa sebenarnya aku tengah mencoba mengejar Yu Narsih yang langsung menyelinap keluar setelah perbuatanku dengan ibu kostku. Aku jadi panik, takut Yu Narsih akan menceritakan peristiwa yang dilihatnya kepada para tetangga. Kuputuskan untuk tidak menceritakan padanya ihwal Yu Narsih. Biarlah akan kucoba meredamnya, pikirku. Selepas sore kutemui Yu Narsih di rumahnya.
Jarak rumah Yu Narsih hanya sekitar 500 meter. Terpencil di tepi sawah. Aku memang sering main ke rumahnya dan kenal baik dengan suaminya, Kang Sarjo yang berprofesi sebagai tukang becak. Wanita berusia sekitar 35 tahun dan berkulit agak gelap itu, cukup kaget ketika aku datang. “Kang Sarjo mana Yu?” “Oh, baru saja berangkat narik. Ada perlu dengan dia?” Plong, lega rasa hatiku. Aku memang ragu, takut permasalahan yang ingin kusampaikan ke Yu Narsih di dengar suaminya.
Aku dipersilahkannya duduk di balai, satu-satunya perabotan yang ada di ruang tamu rumah berdinding pagar itu. Yu Narsih pun duduk menyebelahiku. “Tidak. Aku malah perlu sama Yu Narsih kok,” kataku. Dengan pelan kusampaikan maksud kedatanganku. Aku meminta Yu Narsih tidak menceritakan apa yang dilihatnya siang tadi kepada orang-orang. Kasihan ibu kostku akan jadi bahan gunjingan orang. Dan sejauh ini Dia tidak tahu kalau Yu Narsih sebenarnya telah memergoki perbuatan itu hingga aku memintanya pula untuk tidak menegur ibu kostku.
Ia cuma terdiam membisu sampai aku menyelesaikan semua yang ingin kusampaikan. “Ah, saya ndak apa-apa kok Mas Tris. Saya malah yang minta maaf, tadi nyelonong masuk,” ujarnya. “Tetapi saya tidak enak sama Yu Narsih. Yu Narsih jangan cerita sama siapa-siapa ya,” kataku lebih menegaskan. Seperti menghiba saat aku menyampaikan itu. “Iya mas. Masak saya menjelek-jelekkan Mas Tris dan ibu sih,” Mendengar kesungguhan dan ketulusannya itu aku merasakan beban berat yang tadi menindihku berkurang.

Akupun langsung pamit pulang. Sejak itu aku dengan tenang dapat memuasi ibu kostku. Aku tinggal di rumah ibu kostku sampai lulus kuliah dan telah memperoleh pekerjaan. Bahkan, saat ini saya tengah dalam persiapan perkawinan dengan Nastiti, putri tunggal ibu kostku, entah apa jadinya nanti,…. Apakah Dia akan tetap meminta layananku bila aku telah menjadi menantunya ?

Lesbian ABG

Lesbian ABG – Namaku Lisa dan sudah setahun lebih aku tinggal di New York, Amerika setelah aku tinggalkan kelas 1 SMA ku di Bandung. Hidup di sini bersama abang memang cukup enak, paling tidak di sekitar apartemen kami lokasinya aman dan bersahabat, dan tidak perlu berkhawatir jika kebetulan aku jalan sendirian di malam hari. Sekolahku adalah SMA publik, dan murid-muridnya keren-keren, datang dari berbagai ras.
cerita-sex-lesbian-abgCerita Sex: Lesbian ABG – Ist
Hari-hariku biasanya diisi dengan sekolah, pergi ke tempat-tempat nongkrong anak SMA, biasanya toko Fast Food, kerja sambilan sebagai pelayan di restoran Oriental dekat rumahku (yang kadang-kadang juga tempat nongkrong anak-anak seusiaku), kerja sukarela sebagai pengawas perpustakaan, serta kegiatan ekstrakurikulerku sebagai anggota klub Sepakbola wanita dan kelompok Drama. Ada beberapa anak dari Indonesia juga, di SMA ku, hanya aku jarang bertemu dengan mereka di sekolah.
Baru-baru ini kelompok drama sekolahku mengadakan kunjungan wisata ke ibukota di Washington DC. Seorang gadis baru bernama Felicia baru saja mengikuti kegiatan ini. Aku sebenarnya sudah beberapa kali melihat Felicia di sekitar sekolah dan sudah lama merasa cukup iri dengan kakinya yang panjang serta matanya yang tajam dan seolah selalu penuh gairah. Felicia adalah seorang Latina, sebab kedua orangtuanya berasal dari Puerto Rico.
Saat pertama kali kulihat Felicia di sekolah, aku jadi teringat dengan acara-acara TV minggu siang yang sering disaksikan oleh pembantu dan supir di tempat kostku dulu di Bandung seperti Maria Mercedes dan sebangsanya. Nah, saat perjalanan wisata ke Washington di atas bis dan kebetulan duduk sebangku, kami berdua segera menjalin persahabatan baru. Bercakap-cakap dengan Felicia benar-benar menarik sebab dia benar-benar supel dan pintar berbicara. Di tengah diskusi mengenai simpatinya terhadap kondisi Indonesia, kusempatkan diriku untuk mengamati rupa teman baruku.
Sepertiku, Felicia berbadan semampai. Rambut lurus dan alisnya berwarna coklat muda, rambutnya sedikit lebih panjang dan kulit Felicia jauh lebih pucat dari kulitku yang kuning. Bibirnya yang berbentuk mungil berwarna merah muda dengan hanya polesan sedikit lipstik saja dan bergerak-gerak secara menawan saat Felicia berbicara dengan logat latinnya yang enak didengar.
Seperti murid-murid keturunan Spanyol lainnya di sekolahku, gaya berpakaian Felicia benar-benar santai, seperti celana pendek, dan kaos oblong tangan panjang, namun potongan depannya pendek yang berakhir di atas bagian pusar, sehingga dadanya yang membusung membuatnya tampil benar-benar feminin dan eksotik. Kaus kaki Miki Tikus warna putih menutupi sebagian betis Felicia, sepatunya model santai seperti Converse, dan Felicia mengenakan seuntai kalung perak sebagai aksesoris sementara telinganya ditindik tiga dengan giwang-giwang kecil diatur artistik.
Namun yang bikin aku benar-benar seperti terhipnotis adalah tatapan mata biru jernih Felicia yang menyorot tajam, mengundang, dan benar-benar hidup. Jika ada yang mengamati, mungkin kami berdua akan tampak cukup menarik sebab aku sendiri menjaga penampilanku cukup konservatif walaupun di Indonesia mungkin lumrah saja melihat gadis remaja delapan belas tahun mengenakan turtle neck, rompi dan rok selutut dan rambut kuncir kuda. Tak lama setelah kami mulai berbicara, hilanglah sudah minatku terhadap kunjungan wisata ini.
Sementara waktu berlalu, kami mulai saling menyentuh tangan atau kaki satu dengan lainnya saat ingin menekankan apa yang kami bicarakan. Sentuhan-sentuhan yang mulanya tanpa niat apapun ini lama-lama mulai menelantarkan diri, sampai akhirnya, kami mulai berbicara mengenai seks. Kami saling bertukar pengalaman, dan aku benar-benar terpesona oleh perbedaan kebudayaan dan latar belakang kami berdua. Kata Felicia, dalam masyarakan Hispanik (ras keturunan campuran Spanyol dengan penduduk asli Amerika) sudahlah menjadi standar bagi remaja mereka untuk kehilangan keperawanan atau keperjakaan pada umur sekitar 15 tahun.
Setahun di Amerika, banyak pandangan mengenai seks dan hubungan romantis yang dulu kupunyai di Indonesia berubah menjadi sedikit lebih santai. Walaupun aku masih belum sampai sejauh bersanggama, pacarku di sini kadang-kadang menelusuri bagian-bagian tubuhku yang tadinya kuputuskan ‘off-limit’ bagi pacar. Biar bagaimanapun, toh aku masih orang Timur. Di kota seperti New York, walaupun kebudayaan Barat lebih toleran terhadap hubungan kelamin pranikah, toh umumnya remaja hanya berhubungan dengan satu pasangan saja sekitar paling tidak enam bulan, mungkin karena kewaspadaan terhadap penyakit.
Mendengar penjelasanku mengenai norma masyarakat di Indonesia, Felicia mengangguk-angguk, dan menyatakan bahwa pandangan seperti itu ada baiknya juga. Diapun kemudian mulai bercerita mengenai pengalaman-pengalaman masa lalunya, sentuhan-sentuhan nyasar kami makin sering. Kami mulai saling menggoda secara fisik, dan sebelum bis kami bergulir memasuki batas kota Washington DC setelah hampir seharian perjalanan, hanya ada satu hal dalam benakku: untuk berhubungan intim dengan Felicia.
Saat memasukI, kami mengatur untuk membagi ruangan yang sama. Senja itu, kami berkeliling dan melihat tempat-tempat bersejarah terkenal. Selesai mandi dan makan malam, bersama sekelompok dari murid-murid aku dan Felicia pergi menyaksikan sebuah filem berjudul “Scream”. Ketika di layar ditunjukkan sebuah bagian filem yang menakutkan, kami berdua saling berpegangan tangan dan Felicia memelukku erat. Selesai bagian tersebut, Felicia meletakkan tanganku ke pahanya yang tak tertutup.
Kami berdua kebetulan memakai rok pendek, dan beberapa menit kemudan Felicia mencoba merubah sikap duduk dan merenggangkan kakinya, serta membimbing tanganku di antara kedua kakinya. Lalu ia bergerak dan secara perlahan mengusapkan tangannya ke bagian dalam pahaku. Kulepaskan pekikan kecil ketika Felicia menemukan apa yang diinginkannya.
Sementara kami berpura-pura menonton filem, kumain-mainkan rabaanku di celana dalam bagian depan milik Felicia sampai kubuat dia basah sementara ujung jarinya bergeser naik dan turun di bagian yang sama dari celana dalam milikku, mendorong kain yang tipis itu ke dalamku. Tidak mengambil waktu lama sebelum kami berdua mulai saling menjari satu sama lain. Kami mulai bernapas kencang dan berat, dan tak bisa disangkal lagi, di udara mulailah muncul bau kewanitaan basah yang cukup jelas tercium.
Salah seorang gadis sesekolahku duduk di deretan belakang kami. Ia menggeser diri diantara bahu kami dan berbisik, “Kalian berdua merpati cinta sebaiknya mulai berhenti sebelum semua orang mulai menonton kamu dan bukan filem ini!” Gadis itu betul, kami benar-benar mulai terbawa situasi. Secara ogah-ogahan kamipun berhenti. Pada menit yang sama Felicia menarik jarinya keluar dariku, kusadari bahwa aku benar-benar menginginkannya kembali di dalamku. Setelah mengatur napas, Felicia mendekatiku dan berbisik, “Nanti.”
“Aku tak sabar menunggu,” bisikku balik sedangkan hidungku menghirup aroma intim Felicia yang membalut jariku.
Kujilat bersih jariku dan kugenggam tangan Felicia sampai pertunjukan berakhir. Pada saat itu aku sudah benar-benar menjadi terangsang, sisa filem yang kami tonton itu tidak ada yang kuingat barang sedikit pun. Kembali ke hotel, kami praktis berlari ke kamar kami, benar-benar tak sabar untuk melanjutkan perbuatan yang terpaksa kami tinggalkan. Bergegas-gegas aku berganti mengenakan kimono katun tidurku yang berwarna gelap dengan corak tradisional Flores sementara Felicia menanggalkan kaos oblong dan rok pendeknya.
Baru kusadari bahwa selama ini Felicia tidak mengenakan bra. Sementara aku bengong menatapi dada Felicia yang betul-betul mulus dan berbentuk sempurna, Felicia memuji keindahan corak kimono katunku dan memintaku untuk membawa oleh-oleh seperti itu jika aku kembali dari Indonesia. Kutunjukkan sebuah cincin yang kubeli dari toko suvenir Indonesia di dekat kedutaan sore hari itu pada Felicia. Direbutnya cincin itu dan dia berkata,
“Hahah … dapat!”
“Hey, kembalikan!” Kukejar Felicia mengitari ruangan sampai akhirnya kutangkap dia di pojokan.
Tiba-tiba dibalikkan badannya dan di mukanya muncul raut nakal sementara tangannya bertolak pinggang. “Mana cincinnya?” tanyaku. “Entah. Coba saja periksa sendiri,” kata Felicia sambil menunjukkan kedua telapak tangannya yang kosong sambil tertawa-tawa kecil.
Karena Felicia saat itu bertelanjang kecuali untuk celana dalam model bikininya, hanya ada satu tempat untuk mencari. “Kamu ini benar-benar nakal,” seruku sambil menatap matanya yang bersinar-sinar bandel, benar-benar menikmati permainan kecil kami. Pandanganku menyapu wajahnya yang karena berkeringat dan merona merah terlihat benar-benar spektakuler, dengan ujung hidungnya yang runcing dan lesung pipitnya yang molek. Lalu kuturunkan pandangan melewati lehernya yang jenjang, dan dadanya yang naik turun.
Sedikit gerah setelah berlarian dalam kamar hotel yang bertemperatur sejuk itu membuat puting Felicia yang berwarna merah muda segar menegak penuh. Kutatap kembali wajahnya sementara kutautkan jariku ke bagian atas celana dalamnya, menarik tali elastis di situ sampai nampak rambut-rambut lembut lurus kecoklatan berjarang-jarang di bawah pusar Felicia. “Di bawah situ, mungkin?” tanyaku.
“Silakan mancing ikan.” Felicia melangkah mendekati, cukup dekat untuk membuat dada kami bergesekan. Perlahan kugerakkan tanganku lebih jauh ke bagian bawah dari perut Felicia yang betul-betul rata dengan sedikit lengkungan feminin dan menyelipkannya ke balik celana dalam Felicia. Ujung-ujung jariku menyentuh rambut-rambut lembutnya dan gelitikan lembutku membuat postur berdirinya lemas, menengadah dan mendesah. “Apakah ini cukup hangat?” tanyaku.
“Betul-betul.” Dipejamkannya kedua mata dan kepalanya semakin menengadah saat jari-jariku bergeser lebih jauh ke bawah sampai seluruh permukaan kelamin Felicia terlindung oleh telapak tanganku. Ia masih cukup lembab hasil dari perbuatan kami di sinema. Cincinku yang hilang tentu saja tersembunyi di celana dalamnya, namun aku tetap berpura-pura mencari-cari benda tersebut.
“Di mana, sih cincin ini?” Kunikmati reaksinya terhadap sentuhanku, kudorong selangkangannya ke dalam telapak tanganku.
“Sepertinya perlu diselidiki lebih dalam, nih …” godaku.
“Lebih dalam lebih baik,” Felicia menyahut sambil mengerang.
Kubiarkan jemariku menerobos lipatan-lipatan lembutnya dan segera kurasakan sumber kebasahannya.
“Mungkin bersembunyi di sini,” lanjut godaanku.
Kedua dada kami saling menekan dan mulut kami hanya terpisah jarak seinci. Benar-benar kuingin menciumnya, dan kurasakan badanku bergetar, tak pernah dalam hidupku aku sedekat ini dengan seorang gadis lain. Tapi kuputuskan untuk memperlambat permainan kecil ini, jadi kutarik keluar cincin itu dan kutunjukkan kepadanya. “Ketemu.”
“Itu sih terlalu mudah,” kata Felicia. “Perlu cari tempat persembunyian yang lebih bagus, nih.”
“Contohnya dimana?” kataku sambil menyengir lebar.
“Kira-kira berapa panjang lidahmu?” tanyanya.
Kuleletkan lidahku. “Kira-kira sejauh itu dalam memek saya,” katanya dan kami kedua tertawa keras.
“Felicia, kamu ini benar-benar mesum. Kamu bakal menjadikan kita berdua sepasang lesbian lipstik!”
Secara lembut diremasnya bagian dada kimonoku, dan dibisikkannya, “Oh, kau pikir itu benar-benar hal yang jelek? Akui saja, Lisa, kau sebetulnya benar-benar ingin mencoba, kan?” Bisa kurasakan kehangatan nafasnya menghembus wajahku saat kami berdua saling bertukar pandang.
“Well ….” ujarku malu-malu, bermain ‘susah dijerat’.
“Sepertinya sih udah pernah kupikir hubungan lesbian mungkin satu …. atau dua kali.”
“Biar bagaimanapun,” kata Felicia,
“Semua orang tahu bahwa adalah wajar bagi cewek-cewek untuk bereksperimen satu sama lain.
Di samping itu, hampir semua cewek yang saya kenal melakukannya setiap waktu. Tahu tidak?” ujarnya sambil mempelajari rautku. “Apa?” kataku.
“Kau benar-benar cantik. Unik. Kau punya mata yang hitam benar-benar menarik. Apalagi kau datang dari tradisi yang cukup kekolotan. Bikin kau lebih mengundang. Mmmmm … apakah rata-rata cewek Indonesia tetenya langsing seperti ini?”
“Uh, iya,” kataku, tak sadar kulonggarkan tali pinggang kimonoku, mengakibatkan terbukanya bagian dadaku. Perlahan
Felicia memijit kedua puting payudaraku, dan kurasakan memanasnya bagian di antara kedua pahaku.
“Toh lagipula kita berdua perempuan, jadi nggak mungkin hamil. Sama seperti kegiatan menggesek memek sendiri…” lanjut Felicia. Felicia memperkeras pijitannya, dan napasku mengencang, kuhirup udara dengan tersendat-sendat, sementara untuk berdiri tegak aku mulai tak mampu.
“Oh, kalau masturbasi, sih, aku benar-benar suka,” kataku.
“Bagus, sebab dengan cewek lain, masturbasi jadi jauuuuh lebih menarik dibanding sendirian.”
Disambarnya ikat pinggang kimonoku yang sudah memang longgar, menjadikan seluruh tubuhku terekspos. Dengan penuh gairah dirangkulnya pinggangku sementara kakiku menggeser, menyentuh langsung selangkangan Felicia yang lembab.
Tangan Felicia mulai melingkar, menjelajahi bagian belakangku. Diiringi senyum nakalnya, Felicia menarik bagian belakang celana dalamku, membuat bagian selangkangan celana dalamku menjadi tertarik lebih ke dalam. Tekanan yang dirasakan oleh klitorisku yang mulai membengkak hampir membuatku orgasme di tempat sementara kurasakan kedua badan kami seolah meleleh, bercampur satu sama lain. Tak lama kemudian Felicia memasukkan lidahnya ke dalam mulutku, dan kulumat dengan erat lidah kekasihku yang baru ini. “Masih ingin main sembunyi cincin?” tanya Felicia menggoda.
“Fuck the ring,” (Persetan dengan cincin itu!) semburku sementara tanganku kembali menyelinap ke dalam celana dalamnya. “I’d rather you fuck me instead,” sahut Felicia, suaranya menyerak seksi, nafasnya panas di telingaku.
“Lalu tunggu apa lagi?” kataku sembari meraih tangannya. Kami pindah ke sebelah ranjang dan menanggalkan apa yang tersisa di badan kami (kecuali celana dalamku).
Felicia benar benar terangsang, cairan-cairan kelembaban mulai menetes dan bergulir di pahanya. Seluruh tubuhku mulai bergetar penuh antisipasi, terlebih saat kubayangkan betapa lezatnya jika kuletakkan kepalaku di antara kedua pahanya. Felicia naik ke atas ranjang dan menyandarkan diri ke dinding. Lalu dengan kedua jarinya dipisahkannya kedua bibir vaginanya, dan dengan penuh nafsu kusaksikan jarinya yang lain menerobos masuk. Setelah mengaduk-ngaduk beberapa saat jari lentiknya benar-benar basah, dan Felicia mengeluarkan jarinya, mengacungkannya di depan mukaku, membuat isyarat ‘mendekatlah’.
“Ayo, kita bersenang-senang malam ini,” undang Felicia seraya mengangkat kaki kirinya ke dekat wajahku dan memain-mainkan jemari kakinya yang mungil.. Ketika kutanggalkan celana dalamku, kusadari bahwa bagian selangkangan celana dalamku ternyata sudah kuyup. Tadinya hendak kulempar begitu saja celana dalamku itu, namun Felicia berseru, “Tunggu, Lisa, ke sinikan kau punya celana dalam itu!” Kulemparkan celana dalamku, dan segera setelah menyambutnya Felicia mendekatkan celana dalam itu ke hidung mancungnya sembari menghirup dalam-dalam aroma sekresi kewanitaanku. “Ooooh, bau kamu betul-betul sedap!”
“Memangnya sudah kebiasaanmu, yah, menciumi celana dalam milik cewek lain?”, tanyaku seraya tersenyum lebar.
“Oh, cuma mereka-mereka yang bakal saya entot,” katanya sambil mengedipkan sebelah mata.
Felicia mengusap-usapkan bagian selangkangan celana dalamku yang basah kuyup ke hidung dan mulutnya sementara matanya mengawasiku, yang mulai mengecupi jari-jari kakinya. Kususupkan lidahku di antara setiap jari, kukulum, dan Felicia mulai tertawa-tawa geli campur nafsu. Lalu mulailah kutelusuri kakinya yang panjang dengan bibirku, dan berhenti ketika aku sampai di bagian dalam pahanya.
Kujilat, kukecup, dan kugigit lembut kulitnya yang putih mulus. Oh, Tuhan, Felicia betul lembut! Kuciumkan kecupan-kecupan kecil mengitari kelaminnya, dan dengan susah payah kutekan keinginanku untuk langsung menyelami kelamin Felicia dengan mulutku. Dalam pikiranku, sejak Felicia adalah perempuan pertama dalam hidupku yang kujilat kemaluannya, maka ada baiknya kupastikan bahwa kami berdua benar-benar terangsang dulu sebelum kukubur mukaku di selangkangannya. Aku bergerak mendekati mulutnya. “Aku benar-benar butuh kamu,” kataku. Felicia melingkarkan tangannya dan kamipun French kissed.
Lalu Felicia perlahan mengangkatku, memposisikan kedua susuku di depan wajahnya. Dikulumnya salah satu puting susuku di antara kedua bibirnya dan mulutnya yang hangat menyedoti putingku, mengirimkan gelombang-gelombang kenikmatan ke seluruh tubuhku.
“Saya punya ide,” katanya sambil terus menjilati.
“Bagaimana kalau kita bolos saja dan tidak usah ikut tur besok? Kita bisa mengunci diri di kamar ini dan berasyik-asyikan seharian penuh.” Untuk membujukku, Felicia menyelipkan tangannya di antara pahaku dan mulai mengusap-usap celahku. Kusongsongkan pinggulku menyambut dua jari Felicia ke dalamku.
Ia melanjutkan menghisap payudaraku sekaligus jarinya menjalari vulvaku, sedangkan aku hanya mendesah-desah mendorong-dorongkan kemaluanku menyongsong tangannya. Kupejamkan mata dan kurasakan cairan kental kewanitaanku menyemprot keluar saat ujung-ujung jari Felicia menjepit klitorisku. Orgasme yang kurasakan betul-betul intens, sumpah mati saat itu aku menyaksikan bintang-bintang.
“Kalau kita tinggal di ranjang sepanjang hari,” ujarku setelah pada akhirnya berhasil mengatur napas kembali,
“Kapan kita makan?”
“Kalau kamu lapar,” jawab Felicia, “Kamu bisa lahap memek saya saja.”
“Ah, kamu ini memang benar-benar nakal!” seruku dan kami berduapun tertawa-tawa.
Kemudian akupun kembali menciumi tubuhnya, menelusur kembali ke bagian bawah. Harum keringatnya membalut badannya, dan aku benar-benar menikmati rasa keasin-asinan leher dan celah dadanya. Puting payudaranya yang merah segar berbeda dengan milikku yang berwarna coklat, dan saat kusedot kedua pentilnya, warna mereka berubah menjadi gelap dan mengeras. Puting dada Felicia terlihat persis dengan karet penghapus merah di ujung sebuah pensil, dan tampak kecil dibanding ukuran dadanya yang paling tidak 36 C. Pentilku sendiri kira-kira sebesar uang 25 logam, dan menurutku pas untuk ukuran 32B-ku. Kurasakan kedua ujung dadaku mulai menegak karena bersentuhan dengan perut lembut temanku ini. Felicia merangkapkan kakinya mengitari pinggangku, dan menyodor-nyodorkan selangkangannya, klitorisnya berusaha mendapatkan sebanyak mungkin gesekan.
“Oh, Tuhan. Lisa, kamu betul-betul membuat saya senewen,” kata Felicia terengah-engah. Felicia mencoba menurunkan tangannya untuk mengelus-elus kelentitnya sendiri, tapi segera kucegah.
“Sabar,” kataku,
“Yang satu itu akan kutangani sebentar lagi.”
“Saya benar-benar perlu kau ewe sekarang,” mohonnya.
“Jangan terlalu terburu-buru,” balasku seraya menyembulkan lidahku ke dalam pusar Felicia, dan meninggalkan kecupan kecupan basah menuruni perutnya.
Felicia mengangkat pantatnya mencoba membimbing mulutku ke arah gerbang keperempuanannya.
“Kunyah saya, … please!” jeritnya tak sabar. Kurebahkan diri di antara kedua paha Felicia, kugunakan tanganku untuk membuka lebar labianya. Kugunakan hidungku untuk membelah lipatan kelaminnya dan menghirup dalam-dalam. Keharuman kelamin Felicia menyengat inderaku. Aromanya jauh lebih terasa dibandingkan dengan bau cairanku sendiri. Bibir dalam dari kemaluan Felicia yang berwarna merah muda menyelinap keluar, dan sekresi kewanitaannya menjadikan bibir tersebut benar-benar kontras dengan bibir luar kemaluannya yang berwarna merah gelap. Lalu perlahan kutarik kulit pelindung kelentitnya, menjadikan klitorisnya yang bengkak mencuat keluar, dan kucolek dengan menggunakan jari telunjuk.
“Kau ini benar-benar centil tukang goda. Saya benci, deh,” rintih Felicia.
“Pembohong,” sahutku. Kelentitnya betul-betul keras dan tegang, dan berdetak kencang saat kusentuh. Kutiup tonjolan ini, dan pinggul Felicia terangkat, menyambut mulutku. Ia benar-benar basah, dan kuusapkan seluruh wajahku di sekujur kelaminnya. Pipi, hidung dan mulutku berlumuran cairan hangatnya.
“Lisa, please,” minta Felicia, jemari tangannya menelusuri rambut kepalaku,
“Memek saya butuh sekali ….” Akhirnya, kuputuskan untuk memenuhi. Menarik napas panjang, kupejamkan kedua mataku.
Lidahku menelusur sepanjang garis celah kelamin Felicia. Bibir-bibir lembut Felicia membuka dan kukecap tempat paling rahasia di dunia, surga kecil di belahan paha seorang gadis. Kucicipi sari vagina Felicia, dan rasanya ternyata lebih manis lagi daripada aromanya. Kurenggangkan pahanya lebar-lebar dan kucelupkan lidahku ke dalam lubang kecil merah muda yang hangat dan lembab milik temanku.
Dinding-dinding manis kemaluannya bergerak-gerak membuka dan menutup, menjerat lidahku erat-erat. Aku menyedot dan menjilat bagaikan hidup matiku bergantung kepada memberikan Felicia orgasme terhebat yang pernah dia alami. Mengunyah kelamin Felicia adalah mungkin hal paling erotis yang pernah kualami. Aromanya memenuhiku dengan gairah saat kujilat, kusedot, dan kutelan air keluarannya. Aku benar-benar tersapu oleh kenikmatan terlarang dari berhubungan intim dengan seorang gadis dan saat itu kuputuskan bahwa seks dengan lelaki jatuh ke nomor tiga dalam urutan orgasmeku, setelah memakan vagina dan masturbasi.
Felicia sudah hampir sampai di puncak ketika kuperintahkan, “Berbaliklah, aku ingin jilat pantatmu.” Felicia segera menurut dan tak lama kemudan aku menyaksikan kelaminnya yang indah dari belakang, seluruh bagian kemaluannya merebak, dan sari-sarinya menetes berjatuhan. Seperti seekor anjing, kuendus-endus Felicia dari belakang. Kukecup gundukan-gundukan padat milik temanku, lalu kulebarkan keduanya, dan kujilat pertengahannya dari atas ke bawah. Campuran dari keringatnya yang keasinan, sirup vaginanya yang manis, dan rasa keasaman dari anusnya adalah rangsangan yang tak ada duanya. Kuselipkan kembali lidahku kedalam kemaluannya, dan kumasukkan ujung hidungku ke celah pantatnya yang terlihat berkerut.
Menjilat habis Felicia memberikanku dorongan yang kuat, namun juga terasa sungguh lembut dan manis, sungguh feminin. Susah kubayangkan sesuatu yang lebih indah dari dua wanita saling bercinta. Saat itu kutemukan rahasia cinta-wanita dan akupun ketagihan, rasanya ingin merangkak ke dalam celah milik kawanku ini dan tinggal disitu selamanya.
Sementara kulumat dengan ganasnya, kumasukkan jari tengahku kedalam vaginaku sendiri. Lalu dengan mulut penuh menampung air liurku dan cairan sekresinya kubasahi anus Felicia. Perlahan jari tengahku yang basah terbalut pelumasku sendiri kudorong melalui kerutan lubang pantatnya yang mungil. Felicia terasa benar-benar hangat dan lembut di dalam dan aku bisa merasakan otot-ototnya berkontraksi untuk menahan jariku di situ. Kudengar partnerku mengerang-erang dalam bahasa Spanyol yang walaupun tak kumengerti namun ekspresi universal seorang gadis diambang orgasme bisa kupahami.
Felicia menutupi mukanya dengan sebuah bantal dan tak bisa berhenti merintihkan jeritan-jeritan kenikmatan.
“Aaaaaah, Dios Mio!” serunya ketika jari-jariku yang lain bergulir di klitorisnya. Dielus, dijepit, dan diperah seperti itu membuat kelentit Felicia menjadi betul betul sensitif. Mengetahui bahwa kami berdua benar-benar dekat dengan puncak, Felicia dengan cepat melempar bantal yang menutupi mukanya, dan mengerang,
“… seb… sebentar.” Kuhentikan gerakanku dan didorongnya tubuhku, menjadikanku terlentang di ranjang dengan kedua kakiku terkangkang lebar. Dengan gerakan cepat tangan kiri Felicia meraih pergelangan kaki kiriku dan mengangkat, meletakkan kakiku di pundaknya sementara dengan tangan kanannya mendorong lutut kananku, melebarkan labiaku.
Memposisikan bagian bawah dari tubuh langsingnya di antara kedua pahaku, Felicia berkata, “Itilku dan itilmu.” Dengan dua jari kutarik ke atas kulit depan klitorisku sementara Felicia melakukan hal yang sama dengan klitorisnya sendiri, lalu Feliciapun bergeser sehingga kedua kemaluan kami bertemu. Perasaanku saat itu tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Melalui kerimbunan hitam rambut kelaminku kulihat coklat lembut rambut kelamin Felicia sementara dadanya yang putih mulus dan memerah karena gairah terlihat kontras bergesekan dengan betisku yang kuning langsat.
Kedua vagina kami, dengan labia yang basah saling menghempas, saling menjalin, dan saling melelehi menjadi satu.
Felicia bergerak memutar-mutar selangkangannya dan kedua kelentit kami yang mencuatpun saling bergesekan.
“Aaaah, ahhh, y.. ess .. yess…” Kupejamkan mata dan perlahan kuremas-remas dadaku dengan tanganku yang bebas. “Ooooh, ngh … aaakh….” Kurasakan cengkeraman tangan Felicia meninggalkan pergelangan kakiku saat ia menengadah dan tubuhnya mulai terkejang-kejang. Kurasakan bagian bawah tubuhku bergerak-gerak seperti kehilangan kontrol, maju mundur naik turun bagaikan piston.
“Oooooooh …. ye .. eee … eeeesssssh …!” seru kami bersamaan saat kedua kelentit kami saling bergesekan dengan kencangnya. Tubuhku bergelinjang hebat, Felicia mengejang dan terasa waktupun menghilang saat secara bersamaan vagina kami menyemburkan cairan kental orgasme.
Sekali, dua kali, dan tiga kali gelombang orgasme menghempas Felicia, dan bahkan saat terbaring lunglai di sisikupun tubuh seksinya masih bergemetar. Kulingkarkan lenganku di bahunya, dan kurangkul kekasih baruku erat-erat. Kukecup pipinya lembut. Felicia membuka matanya, menyambar bibirku dan melumat mulutku. “Idih, kau berasa seperti memek,” katanya. “Ayo kita melarikan diri saja, dan bercinta selamanya,” kusuarakan angan-angan di benakku. “Kedengarannya enak,” balas Felicia. Kami kembali berciuman dan kurasakan tangan Felicia kembali meraba-raba rimbunan hitamku yang sekarang benar-benar basah kuyup tersiram sekresi kami berdua.
Kubiarkan diriku pasif terbaring di pelukan Felicia cukup lama sementara dia bermain dengan bagian bawahku; belaian-belaiannya lembut seolah ia menghapal seluruh tonjolan dan lipatan-lipatan vaginaku. Lalu Felicia menelentangkan diri.
“Ayo kita ngentot lagi,” katanya sembari menggoyang-goyangkan tubuh mengatur posisi.
“Ayo duduk di muka saya,” perintahnya. Akupun berlutut, menunggangi kepalanya, dan mulai menurunkan kemaluanku ke wajah cantik Felicia.
Felicia memiliki lidah yang betul-betul panjang dan akupun mulah mendesah dan mengerang ketika ia melesakkan lidahnya ke dalamku senti demi senti. Urat-urat dalam vaginaku otomatis mencengkram erat lidah Felicia sementara pinggulku bergerak melingkar dengan perlahan, benar-benar larut dalam ulasan lidah Felicia. Mulutku terasa kering dan akupun merasa betul-betul perlu melahap vaginanya lagi.
Kuputar posisiku, kurendahkan kepalaku dan kami bercinta dalam posisi enam sembilan. Kembali kulimpahkan segala perhatianku ke kelamin partnerku, menyibakkan labianya yang hangat, dan ketika kukecap pelumas Felicia yang mulai mengucur kembali, kurasakan jarinya yang giliran menjelajahi pantatku. Napasku kembali terengah-engah sementara lidah Felicia membelai-belai jauh ke dalam rahimku dan jarinya menjelajahi bagian belakangku.
“Uuuuuuuuh ….. uuungh … unghhh …” seruku tertahan-tahan sebab mulut dan hidungku terselimut keperempuanan Felicia sementara diapun mengeluarkan suara-suara yang serupa.
“Ah! Aah! Aaaah! Lagi …” Otot-otot vaginaku menggeletar saat Felicia menggigit lembut klitorisku.
“Auh!” “Yaaa..h!” Kurasakan geliginya mengitari kacangku.
“Oooooh… yeessh .. sssh…” Kulingkari kelentitnya dengan bibirku dan kusedot keras-keras.
“Yes… yes… yeee … eee .. sh!” “YEEEESSSSH ….MMMMMH… MFFFFFH ….” Ujung lidah kami berdua mengulas-ulas kedua kelentit dengan gerakan sangat cepat, kurasakan seluruh urat kedua vagina kami mengencang dan mengendur di luar kontrol dan kami pun kembali tenggelam, orgasme membanjir keluar.
Setelah kembali mengatur napas, kulepaskan diriku dan kuhempaskan diriku di samping Felicia supaya kami bisa saling bertatapan wajah. Dengan lengan dan kaki kami saling merangkum, kami bersentuhan berciuman lembut, betul-betul kehabisan tenaga dan kecapaian.
“Mudah-mudahan besok saya bangun sebelum kau bangun,” katanya setengah bermimpi.
“Memangnya ada apa?” seraya menyibakkan rambutnya ke samping, mengecupi pipi, hidung, dan kelopak matanya yang terpejam.
“Sebab, hal pertama yang saya ingin kamu lihat besok pagi adalah wajah saya tersenyum di antara kedua pahamu,” jelasnya.
“Oh, Tuhan, rasanya sekarang ini saya sudah jatuh cinta,” kataku lembut.
“Sini, saya jaga biar tetap hangat,” katanya sambil merangkum kemaluanku ke dalam telapak tangannya yang memang hangat.
Kukecup kembali bibirnya, dan sementara kami berdua berpelukan erat, kunikmati kehangatan lembab semak-semaknya yang bersandar ke pahaku. Setelah selama beberapa lama hanya desiran mesin pendingin udara yang terdengar, melalui dinding terdengar suara-suara dua orang gadis dari kamar sebelah. Tak mungkin tidak, mereka sedang bercinta.
“Kan, sudah saya bilang. Semua cewek berbuat hal yang sama,” kata Felicia sambil tersenyum lebar.
“Mungkin besok kita perlu mengunjungi tetangga sebelah dan mengundang mereka untuk mampir,” sahutku setengah tertidur. “Tapi itu artinya saya harus membagi kau dengan mereka,” kata Felicia. “Betul,” gumamku setengah bermimpi, “Tapi ingatlah bahwa itu juga artinya kamu bakal punya tiga buah memek yang lembek dan basah untuk dilahap ditambah tiga mulut hangat untuk melayanimu.”
“Mmmm,” katanya sembari membasahi bibir,
“Betul juga. Mari kita beramah-tamah dengan mereka besok.” Kami kembali berciuman lembut, dan tak lama kudengar desahan-desahan indah dari kedua gadis sebelah kamar hotel kami. Akhirnya, gadis pertama menjeritkan puncak kenikmatannya, diikuti segera dengan jeritan orgasme temannya. Aku tersenyum sendiri, dan sebelum kami berdua jatuh tertidur, kubalas merangkum kewanitaan Felicia dengan telapak tanganku, menyongsong alam impian.
Sejak saat itu aku benar-benar intim dengan Felicia. Kami berbagi banyak pengalaman yang menarik. Berbagi tawa, dan berbagi tangis. Kenakalan dan petualangan sepertinya memang jalan hidup sahabatku yang satu ini. Seperti kebanyakan orang Latin lainnya, Felicia benar-benar temperamental dan berdarah panas. Pembawaanku sendiri cenderung sabar dan penuh pertimbangan, namun perbedaan ini justru makin membuat kami lebih lengket.
Beragam sudah permainan cinta yang kami alami bersama, namun sebelum pembaca semua berkesimpulan bahwa sekarang aku adalah lesbian kelas kakap, kuberikan jaminan, bahwa akupun menikmati seks dengan lawan jenis. Malah beberapa waktu yang lalu aku dan Felicia berhasil merayu seorang lelaki muda, orang Indonesia juga, kami rayu ke tempat tidur.

Anggra Pemuas Nafsuku

Anggra Pemuas Nafsuku – Perkenalkan nama aku doni, aku ingin menceritakan kisah percintaan aku dengan cewek bernama anggra. kisah itu berawal waktu aku bekerja di sebuah dealer honda, aku baru masuk kerja sedangkan dia adalah sales senior di perusahaanku.
cerita-sex-anggra-pemuas-nafsukuCerita Sex: Anggra Pemuas Nafsuku – Ist
Usianya kira-kira 22 tahun, kalau dilihat sekilas wajahnya mirip dengan salah satu personil trio macan, yang paling mebuat darah berderis-deris adalah bodinya yang montok, dadanya berukuran 36 B cukup besar menurutku, bokongnya yang sekal membuat pria selalu menatapnya saat berjalan. Dia sedikit hitam namun terlihat manis apalagi saat dia tersenyum, lesung pipinya membuat dia terlihat lebih menawan.
Awal aku mengenalnya saat kami berada dalam satu mobil dalam kanvas keliling, dari perbincangan itu aku mengetahui kalo dia sudah 2 tahun bekerja disana dan sudah sangat berpengalaman di bidangnya. Tidak susah untuk menjadi dekat dengan dia karena memang pembawaannya yang ramah dan mudah bergaul dengan orang lain.
Melihat badannya aku sedikit menebak kalau dia sudah pernah melakukan hubungan sex. Saat turun dari mobil, sembari menyebarkan brosur produk yang kami bawa, kami mengobrol hal yang lebih jauh. Aku mengetahui kalau dia sudah mempunyai pacar tapi jarang bisa bertemu dengan pacarnya dan mendengar itu aku beranggapan kalo dia kurang bahagia dengan pacarnya.
“wah,,kalo jarang ketemu berarti jarang dibelai dong,,hehe” aku sedikit menggodanya
“ahh,, apaan sih ya ga juga” terlihat wajahnya menjadi memerah menandakan malu
“ga juga berarti dibelai juga dong” kembali aku tambah menggodanya
“udah ah jangan ngomong gitu,,malu aku” terlihat dia menunduk karena menahan malu
Kami melanjutkan jalan dan kembali melanjutkan menyebar brosur. tiba-tiba dia bertanya kepadaku
“lha kamu gimana?”
“gimana apanya?” jawabku
“oo,,aku ga punya pacar”
“masa?? Ga percaya aku”
“aku ga bohong ya, emang belom punya pacar”
“biasanya cowok gitu, uda punya cewek bilangnya belom niar bisa punya cewek lagi”
“haha, ngga lah aku ga bohong”
Singkat cerita, dari obrolan kami dan tiap hari ketemu kami jadi lebih dekat dan aku ngajak dia jalan-jalan pas malam minggu karena saat yang tepat hanyalah hari itu saja. Sepulang kerja aku cepat-cepat siap-siap, tak lupa juga ku bawa perlengkapan untuk berjaga-jaga bisa ml dengan dia.
Ku atur rencana sedemikian rupa untuk bisa mengajaknya nginep dan bercinta dengan dia. Pas jam 7.00 malam aku sampai dirumah yang dia tunjukan, rumahnya sih cukup sederhana tapi kelihatan cukup nyaman, aku dipersilahkan masuk dulu dan nunggu diruang tamu.
“masuk dulu, aku ganti baju dulu ya, sante aja disini bebas kok”
Selang beberapa saat dia keluar dengan memakai pakaian yang menurutku sexy, lebih sexy dari pada saat dia kerja. Padahal kan kalo sales itu uda cukup sexy sekarang dia tampil lebih sexy. Dia mengenakan dress terusan warna kuning yang hampir senada dengan warna kulitnya yang kuning mulus.
Panjang dressnya hanya sebatas paha cukup tinggi sertamemiliki Bahan agak tipis dan lembut sehingga membuat lekuk tubuhnya menjadi kelihatan menonjol. Yang membuatku tak berkedip adalah dada 36 B nyayang sedikit agak terbuka membuatku ingin sekali meremasnya. Duh, membuatku semakin bersemangat untuk menyetubuhinya.
“uda selesai ?” ku tanya
“uda dong, yuk berangkat”
“kamu pake apa ?” dia bertanya
“tuh depan”
“mobil sapa tuh ?” agak kaget dia karena sales kayak aku gini mana punya mobil pikirnya.
Sebenarnya aku dilihat dari segi materi bisa dibilang lumayan, paling ngga dari orang tuaku tapi aku tidak mau meminta, aku lebih suka mencari sendiri, makanya aku kerja seadanya yang aku bisa sekarang ya jadi sales ini.
“mobil bokap” ku jawab
“kamu ga pa2 pakai pakaian kayak gitu?”
“emangnya kenapa?”
“ya ortu mu ga marah?”
“ga lah, ni biasa kok. Ortu mah ngerti, ortuku bebas kok jadi ga masalah aku pakai kayak gini”
“oo gitu” bagus lah berarti ni cewek emang bisa aku kentu, dalam hati ku berkata
Di dalam mobil kami banyak bercerita tentang kami berdua dan kehidupan kami, aku seneng dengan dia membuat orang lain nyaman berada di deketnya apalagi dia memang cantik dan sexy.
“ngomong-ngomong kita ni mau kemana?” dia bertanya
“jalan aja, jogja ya” sengaja aku ngajak dia ketempat yang jauh karena rencanaku tidak memulangkannya malam ini
“haa, jauh banget??emang ga pa2?”
“ga pa2 lah aku kan bebas”
“ya uda kalo gitu aku ngikut az”
Selang 2 jam kami pun sampai di kota tujuan, jogjakarta langsung aja ku ajak dia muter-muter kota jogja, seneng sih jalan ama dia aku ngerasa mungkin ini malam minggu paling nyenengin ditemenin cewek cakep. Aku ajak dia makan malam di sebuah restoran yang cukup mahal yang mungkin belum pernah dia rasakan, shopping, ketempat-tempat wisata malam yang ada di jogja, hampir semua tempat yang ada di jogja kami datangi malam itu terlihat dia sangat menikmati saat-saat itu, saat-saat yang mungkin jarang dia rasakan karena sangat terlihat dari wajahnya. Tak terasa waktu sudah larut malam saat aku menengok jam di dalam mobilku.
“uda hampir jam 1 nih, ga kerasa” aku bilang ke dia
“waduh, cepet amat ni. Terus gimana ini?” tanya dia
“kamu ga pa2 kan ga pulang kita nyari tempat nginep disini”
“hmm,,gimana ya, aku jarang nginep-nginep gitu” dia agak ragu
“dimarahin ya sama ortu kamu?” sedikit agak kecewa mendengar itu tapi aku belum menyerah
“ya ga juga sih, tapi akunya yang ga biasa nginep” mendengarnya semangatku kembali memuncak, terus ku tekan dia agar mau nginep malam itu.
“ya ga pa2, dari pada pulang mpe rumah pagi ntar malah di kira macem-macem kamu sama orang sekitar rumah, lagian kalo pulang perjalanan kita lama mesti kamu juga capek”
Sejenak agak terdiam dia lalu dia menjawab
“ya uda yuk deh, mo nyari tempat nginep dimana kita?”
“kamu ngikut ntar aku nyari tempat yang enak ”
Aku luncurkan mobil menuju ke sebuah pantai di jogja, memang pantai tersebut banyak terdapat penginapan dan tempatnya juga nyaman untuk berpacaran. Selang beberapa saat sampailah di pantai yang aku tuju
“kamu bawa aku kemana sih kok makin sepi tempatnya ?”
“tenang, ni kita udasampai kok”
“kok aku denger suara ombak ?”
“iya kan kita emang di pantai”
“di pantai?”
“iya, yuk” sambil mengajak dia kesebuah penginapan yang cukup mewah di antara yang lainnya. Setelah cek in, kami diantarkan oleh belboy penginapan kekamar kami. Penginapan tersebut berbentuk seperti cottage dengan kamar yang terpisah-pisah, bentuk bangunan kamarnya juga berbentuk ala-ala bangunan pantai yang nyaman dan suasananya juga terbilang sangat romantis.
Setelah menguncipintu kamar, aku langsung merebahkan diri di kasur yang empuk dan nyaman sementara anggra hanya duduk di ujung kasur tersebut, terlihat dia masih sedikit ragu aku bangkit dan duduk disampingnya
“kenapa ?”
“ga pa2 kok, Cuma sedikit canggung aja”
“baru pertama kali ya ?”
“iya ni”
“emang pacarmu ga pernah ngajak kamu nginep ya ?”
“ga pernah lah kan jarang ketemu”
Melihat situasi ini aku mencoba mencairkan suasana dengan mengajak bercanda dia, dan ga perlu waktu lama karena dia mudah bergaul jadi mudah membaur dengan situasi, tak berasa uda lama kami saling berbincang aku mengakhiri perbincangan tersebut.
“ngomong-ngomong aku mau mandi ni, badan lengket. Kamu mau mandi ga?”
“iya boleh sih, badanku juga lengket” dia menjawab
“ya udah kalo gitu kamu duluan aku belakangan aja”
“ga ahh kamu aja duluan” dia mempersilahkan aku untuk lebih dulu mandi
“ya uda tunggu bentar ya”
Dalam kesempatan itu aku mandi dan mempersiapkan senjataku untuk menggenjotnya nanti, aku minum obat kuat ku yang biasa aku gunakan. Dia mungkin tidak tau apa yang akan terjadi nanti, tapi dia sudah jauh masuk kedalam rencanaku.
Memang saat itu otakku sudah terisi gimana caranya harus mendapatkan memek anggra malam itu, anggraharus mau bercinta denganku. Selang beberapa saat aku selesai dan mempersilahkan dia untuk ganti mandi. Sengaja aku hanya mengenakan celana pendek saja agar lebih mudah beraksi.
“ni handuknya” alu berikan handuk kepadanya, sedikitpun kulihat dia tak curiga terhadap rencanaku kepadanya.
Bagus dalam hatiku berkata
“iya, eits jangan macem-macem ya, jangan ngintip” dia mengancam
“iya, tenang aja nona” anggra mandi aku mengambil kondom yang ada di tas ku dan menaruhnya di lemari kecil fasilitas penginapan.
Cukup lama anggra mandi hampir setengah jam dan akhirnya dia keluar juga dari kamar mandi, aku kaget karena dia hanya mengenakan handuknya tadi saja.
“aku ga bawa ganti ni, gimana dong ? bajuku agak basah tadi kena air” mendengar itu semakin membuatku bersemangat, ku dekati dia
“ga pa2, gitu aja juga ga pa2 kok” sambil membelai rambut anggra yang masih basah
“kamu cantik nggra” aku mulai mengeluarkan jurus-jurus rayuanku padanya
“ahh kamu ini” terlihat pipinya sedikit memerah, aku tuntun dia menuju tempat tidur dan aku ajak duduk disana
“kamu cantik ma sexy banget, sumpah deh ga ada duanya”
“jangan gitu ahh aku jadi malu” anggra semakin masuk kedalam buaianku terlihat wajahnya semakin memerah malu
“bener kok aku ga bohong, andai aja kamu itu pacar aku nggra beruntung banget aku” sambil aku pegang tangannya yang lembut
Aku mulai berani mengusap tangannya kemudian mengusap pahanya dia hanya diam dan terlihat meikmati rangsangan yang ku berikan.
“doni ? ”
Tanpa menjawab perkataannya langsung ku kecup lembut bibirnya, anggra membalas kecupan bibirku tak lama kami jadi saling berciuman. Anggra jadi semakin bernafsu, ciuman kami semakin panas dia semakin berani bermain lidah denganku aku membalas ciumannya dengan penuh nafsu juga.
Cukup lama kami saling berpagutan, tanganku kini mulai meremas toketnya dari balik handuk, terasa sungguh nikmat toket anggra kenyang dan empuk ku buka ikatan handuknya dan terbukalah tubuh seksi anggra, dia tidak mengenakan BH nya ada CD aja yang masih melekat di tubuhnya, sempat membuatku berpikir kenapa dia tidak memakai BH namun tak apalah justru memudahkan pekerjaanku. Kuremas lembut kedua toket anggra sambil kami masih saling berpagutan, sedikit melenguh dia menikmati setiap rangsangan yang ku berikan.
“kamu mau yang lebih anggra akung ?” kusudahi ciuman kami dan bertanya
“teruskan akung” terlihat anggra sudah pasrah menikmatinya
Kini mulutku yang bergerilnya di daerah gundukan anggra, ku jilat lembut serta di emut pentil anggra. ini cewek terbaik yang pernah aku nikmati, sangat senang rasanya hatiku
“ooooohhhh” anggra melenguh keenakan
Kulihat anggra menengadahkan kepalanya keatas sambil memejamkan mata sementara tangannya meremas kepalaku dan menekannya seakan tidak mau melepaskan sensasi itu.
“oooooooooooooohhhhhh, aaaaaaaaahhh aaaaaahhhh” desahan demi desahan anggra semakin membuatku bernafsu mengerjai toketnya, kini ku rebahkan tubuh anggra ke kasur kembali mulutku mengerjai toket kembarnya sedangkan tanganku mengusap-usap memeknya dari luar CD.
“ayo akung, jangan berhenti…ooooohhh”
“aku lepas ya CD kamu ?”
Tanpa menjawab dia mengangkat sedikit pantannya dan sret, lepas sudah pakaian terakhir yang menempel ditubuhnya. Kini dia benar-benar bugil dan terlihat sungguh indah tubuh anggra, kuning langsat mulus tanpa cacat sedkitpun. Bulu memek anggra sangat rapi mungkin karena anggra sering merawatnya
“ayo akung teruskan lagi” pinta anggra
Kali ini aku kerjai bagian tubuh anggra yang paling sensitif, aku julurkan lidahku masuk kedalam memeknya, aku peremainkan klitorisnya dengan lembut. Anggra semakin menggelinjang hebat saat mulutku memainkan daerah sensitifnya itu, tanganku pun tak tinggal diam kembali kuremas toket anggra sedangkan mulut anggra mengulum jari telunjukku.
Cukup lama aku melakukan aksi itu, semakin lama anggra semakin menggelinjang dan pada puncaknya dia menjepit kepalaku dengan kedua kakinya dan terasa cairan hangat keluar dari lubang memek anggra. aku tak berhenti disitu, justru membuatku semakin gencar mengerjainya, ku hisap kuat-kuat memeknya dan ku sedot cairan yang keluar dari dalam memek anggra. beberapa saat kemudian dia terkulai lemas karena ejakulasi pertamanya. Akupun menyudahi permainan pertamaku.
“nikmat ya akung ?” sambil ku kecup bibir anggra
“banget akung, aku belum pernah merasakan yang kayak gini”
“tapi ini belum seberapa, masih ada yang jauh lebih nikmat lagi nanti”
“oya? Wah aku beruntung dong bisa merasakan kenikmatan itu akung. hehe”
“iya dong akung, kamu istirahat aja dulu nanti kita lanjutkan lagi” sembari kembali aku mengecup bibirnya
“akung, kok kamu ga lepas celana sih? Curang itu namanya”
“hehe, iya dah akung kamu lepasin ya” anggra bangkit dan melepas celana pendek dan CD yang kukenakan, sekarang kami berdua benar-benar bugil tanpa pakaian menutupi
“wah, gede banget yank, jauh lebih gede dari punya pacarku”
“kamu kulum ya akung” dengan cekatan anggra mulai memainkan penisku
Dia mengocok dengan tangannya kemudian menjilatnya dari buah zakarku sampai ke ujung penisku kemudian mengulumnya. Uuhhh sungguh nikmat rasanya di kulum oleh cewek se cantik anggra. mahir juga ni cewek dalam hatiku berkata, udah sering mengoral kontol ni rupanya.10 menitan dia mengoral penisku mulai berdenyut-denyut menandakan mau orgasme
“akung aku mau keluar, jangan dilepas ya” dan crrooot crroot keluar sudah pejuku di mulut anggra, tampak dia mengerti apa yang harus dilakukan, dia terus mengulum tanpa membiarkan pejuku keluar dari mulutnya. Anggra menelannya sampai habis dan membersihkan semua pejuku.
“udah keluar kok masih tegang yank ?” dia terheran melihatnya, iyalah tadi kan gue udah minum obat kuat
“iya doong yank, lebih perkasa mana aku ato pacarmu ?”
“jauh lebih kamu lah akung, ni buktinya” sambil mengocok lembut kontolku
“kamu mau ngrasain penisku masuk memekmu ga akung ?”
“mau banget akung, cepet masukin aku uda ga sabar”
Aku memasang kondom yang sudah aku persiapkan tadi, ku atur posisi tubuhku dan slleeeep, “aaaaaahhh” anggra menjerit saat sebagian penisku masuk kedalam memeknya. Terasa masih sempit memek anggra walaupun sudah ngga perawan, iya lah karena kontol pacarnya kan lebih kecil dari punyaku.
“aaaaaaaaaaahhhhhh aaaaaaaaaaaaahhhh” sakit yank, anggra menjerit kesakitan
“sakit tapi enak kan yank? tahan ya sayang bentar lagi kamu akan merasakan nikmat yang tiada tara”
Aku sedikit melambatkan gerakanku dan memberikan dia kesempatan untuk beradaptasi dengan kontolku. Setelah cukup licin dan anggra sudah tak merasakan sakitnya aku mulai meningkatkan gerakanku, uhh sungguh nikmat memek anggra ini, bisa menjepit penisku yang belum pernah aku rasakan ngentot yang senikmat ini.
“ooooohh aaahhhh aahhhh uuuuuuuuuuuchhh, come on baby”
Anggra meracu tak karuan menikmati setiap genjotanku, 10 menit dalam posisi anggra telentang dan aku di atas, aku merubah posisi sex kesukaanku dogy style. Aku suruh anggra nungging dengan tangan berpegangan pada sisi ranjang, sedangkan aku berdiri dibelakangnya. Dengan posisi ini membuatku benar-benar bisa melihat begitu mantapnya memek anggra. dan sekali lagi, bllleeeess kontolku masuk kedalam memek anggra
“oooohhhhhh ooooooohhhh ooooooooooohhhh”
Anggra kembali mendesah membuatku semakin bergairah, kugenjot dia dengan sekuat tenaga sedangkan tangan kananku meremas dengan ganas buah dadanya. Semakin kencang genjotanku membuat anggra semakin mendesah hebat dan itu pula membuatku semakin bergairah
“aaaaaaaaaaaaaaahhhhh uuuuuuuuuuuhhhhhhhh uuuuuuuuuhhhhh ooohhh no oooooooohh nooo”
Desahan serta rintihan anggra sangat kencang mungkin terdengar sampai luar kamar, namun itu tak kuhiraukan yang terpenting nikmat yang kurasakan. Cukup lama kami melakukan posisi dogy style kurasakan anggra mulai menyerah, kurasakan mulai turun tenaganya dan ada getaran-getaran di dalam memek anggra yang seperti menyedot penisku.
“yyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannk,,,aaaa kuuu mmaaa uuu kkeeee ooohh yank lluuuaaar yaank..oooooooooohhh”
Tak sampai semenit kemudian terasa cairan hangat menyembur membasahi kontolku didalam memek anggra dan kulihat sebagian ada yang tertumpah keluar membasahi paha nya. Sekejaap itu pula tubuhnya langsung terjatuh lemas di kasur. Ku istirahatkan dia sejenak untuk memulihkan tenaganya dengan kontolku yang masih tertancap di memeknya. setelah beberapa saat aku mencabut penisku dan mengecup bibirnya
“kamu hebat sayang” anggra memujiku
“aku sampai tak kuat menahannya, sungguh nikmat”
“tapi masih ada lagi yang lain sayang, perjalanan kita masih panjang” aku menjawabnya sambil nyengir
“haaa,,bisa pingsan aku. Ini aja udah ga nahan banget”
“tenang aja, pokoknya puas kamu sayang”
Kembali aku mengecup bibirnya dan kini anggra mebalaskan kecupanku, kami mulai berciuman kembali dengan ganasnya. Anggra kembali mulai horny dengan rangsanganku, kali ini tak perlu waktu lama lagi kami kembali memuncak. Untuk posisi yang ketiga aku mencoba posisi WOT atau women on top, posisi yang membuat anggra merasakan sensasi sex yang luar biasa hingga membuat dia bisa ketagihan.
“ayo yank, mulai genjot”
Gerakan anggra naik turun membuat kedua toketnya ikut berayun juga, uhh sangat menggairahkan. Kuremas lembut toketnya dan ku permainkan pentilnya
“aaaahhh” anggra kembali mendesah kepalanya menegadah keatas menikmati setiap rangsangan yang terjadi.
“aahhh,,uuuuuuhh,,oooooohhh” nikmat sayang, desahan demi desahan tak henti-hentinya keluar dari mulut anggra yang sexy membuatku juga semakin terangsang.
Aku mengisyaratkannya untuk mempercepat goyangannya semakin lama semakin cepat dan panas. Tak terasa 30 menitan sudah kami bercumbu sambil berganti-ganti posisi dan rasanya kontolku sudah tak mampu lagi menahan pejunya untuk keluar.
“anggra sayang, aku mau keluar ni” aku membisikan ketelinganya
“kita keluar bareng yuk” anggra menjawab
2 menit kemudian kami berdua orgasme bersama, nikmat banget rasanya memek anggra ini. Anggra kembali terkulai lemas terbaring di ranjang dan aku berada disampingnya.
“kamu hebat banget sayang, aku sungguh puas ngga pernah kurasakan kayak gini” anggra memuji karena dia benar-benar merasakan kepuasan
“kamu juga nikmat sayang, baru kali ini juga aku merasakan ngentot luar biasa” tak kalah aku memujinya juga. Dia memelukku sambil berkata “aku sayang kamu deh yank” agak terkejut aku mendengarnya tapi ga apalah, ku balas pelukan dia dengan mesra. Tak terasa kami berdua tertidur dengan keadaan telanjang.
Saat pagi tiba, aku dibangunkan dengan sebuah kecupan mesra. Ternyata anggra sudah terbangun lebih dulu, namun dia belum juga mengenakan pakaian apapun. Hampir jam 9 pagi aku terbangun dan langsung menuju kamar mandi, sambil ku gendong anggra kami mandi berdua. Tak luput juga di kamar mandi kami ulangi pergulatan sex semalam tak kalah panasnya juga waktu dikamar mandi. Udah ga ke itung berapa kali kami orgasme, berapa kali kami mengeluarkan peju yang jelas yang kami rasakan hanya nikmat.
Setelah selesai beres-beres kami cek out dari penginapan, kami tak langsung pulang aku ajak dulu anggra main di pantai karena memang posisi kami berada di pantai, ya sekalian aja buat main. Dress mini anggra yang berkibar-kibar membuatku kembali memuncak lagi, namun karena situasi dan kondisi yang tak memungkinkan jadi hanya bisa ku tahan saja hasratku ini. Pikirku, ntarlah di mobil aku suruh dia buat ngoral.
Waktu sudah menjelang sore sudah tiba saatnya kami pulang, benar juga di mobil dari jogja sampai rumah selama 2 jam aku suruh anggra buat ngoral kontolku. Tentu aja aku udah minum ramuan kuatku biar bisa tahan lama. Hanya di lampu merah aja dia berhenti mengoral, takut kelihatan orang kalo pas lagi berhenti. Sesampainya dirumah, aku memasrahkan kembali anggra pada ortunya, ya sekedar basa-basi aja sih, toh dia juga tidak benar-benar di perdulikan ortunya pergi kemana sama siapa. Hanya saja dalam hatiku tidak enak mengajak pergi anak orang selama 2 hari, jadi aku harus ada tanggung jawabnya.
“makasih ya sayang buat kesenangannya, mmuuuaah” anggra mengecupku
“iya sayang, aku pamit dulu ya” aku berpamitan denganya sambil kembali kami berciuman sebelum aku pulang.
Sejak saat itu, kami jadi sering melakukan hubungan sex dimanapun dan kapanpun ada kesempatan kami selalu melakukannya. Anggra juga sudah tidak perduli lagi pada pacarnya, mungkin dia lebih sayang sama aku dari pada sama pacarnya karena akulah yang lebih bisa memuaskan dia. Buatku itu tidak masalah selama aku masih mendapatkan jatah ngentot dari dia. Karena aku tidak pernah berfikir untuk menjadikan dia pacar atau bahkan menikah dengan dia. Anggra juga tidak pernah berniat menikah dengan aku karena bagi kami, apa yang kami lakukan hanyalah untuk mencari kesenangan dan kepuasan semata.

Poker CC (Poker Online)

Aneka TOTO (Togel Online)

DEWI QQ